Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Lampu di Sudut Taman

Diperbarui: 26 Agustus 2017   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terpojok sendirian.  Menerangi taman yang indahnya menyaingi surga.  Berbagai jenis bunga berkerumun di sana.  Daun daun cantik pembelalak mata hadir di setiap sudutnya.  Kupu kupu bersayap manis kemalaman di dahan kemuning dan kamboja.

Tapi hidupnya terasa kesepian.  Sinarnya memang menyala terang.  Hatinya tergolek dalam temaram.  Ingin seperti lampu jalanan.  Riuh gaduh menyaksikan bermacam kehidupan lewat di hadapan.  Para lelaki pejuang mendorong gerobak dagangan.  Para perempuan penjaja gincu lalu lalang dengan kerut ditahan.  Anak anak pulang mengaji bermain lempar sandal dengan kawan.  Kendaraan penghasil racun karbondioksida memekatkan debu serupa jelaga.  Dan semua yang tak akan bisa dilihat dari taman seindah surga.

Lampu di sudut taman semakin termangu.  Indah ternyata tidak berarti jika tidak sampai di hati.  Cantik ternyata tidak berkenan jika bukan tempatnya menyandarkan angan.  Manis ternyata bukan lagi gula jika pahit lebih bisa membuka mata.  Lebih baik hidup di pinggiran surga namun masih bisa berbagi dengan sesama.

Jakarta, 26 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline