Hanya ada tujuh bintang
Itupun berpencaran
Menyudut masing masing
Mengambil tempat sesuai garis
Bintang pertama meneteskan airmata; kesepian
Terlalu lama aku mencintai malam. Ijinkan aku bercanda dengan siang.
Bintang kedua menyahut tanpa sedikitpun belas kasihan; nadanya kejam
Kau peratap yang merasa malang! Buat apa airmata untuk hal yang sia sia?
Bintang ketiga menutupi muka tak sanggup melihat pertengkaran; julukannya adalah sang pengiba
Berhentilah. Bukankah lebih baik jika kita menikmati apapun yang disajikan bumi?
Bintang keempat menatap tanpa mengerjap lalu diam namun sempat menggumam; lirih dan mencekam