Dinihari lagi. Aku masih belum siap untuk mengemas mata. Cukup banyak hal hal berkeliaran di dalam benak. Mulai dari senja yang merangkak. Awan beranak pinak. Hingga cermin yang tertawa terbahak bahak. Mentertawakan kebingunganku secara sontak.
Belum cukup? Maka lihatlah aku terpaku pada hati yang merona. Mirip sekali dengan pipi memerah seorang nona karena disapa cinta. Ini sebenarnya lelakon apa? Dalam satu detik aku jadi sengkuni detik yang lain aku jadi arjuna.
Maka jadilah pagi membangunkan aku sebagai wayang. Pikiran tersandera dalam bayang-bayang. Kaki dan tangan hanya bambu yang menopang. Meringkuk dalam kotak kayu berpalang. Menunggu Sang Dalang datang.
Jakarta, 21 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H