Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Bus Kota di Peradaban Kota

Diperbarui: 2 September 2017   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: rorosetiyabudi.blogspot.co.id

Bus kota kosong berjalan sepelan marmut sedang sakit perut

Sekosong kantong pengemudi dan keneknya yang melamun

Sebatang rokok dan segelas teh hangat rasanya mewah yang tak terjangkau

Rasanya seluruh dunia sedang mentertawakan tanpa iba sedikit pun juga

Tapi kami memang tak perlu iba! Dari siapa pun juga. Kami lapar tapi tidak selapar yang di sana. Kami masih punya harga dari diri yang harus dijaga. Daripada menjadi rakus lalu berbuat seperti tikus! Gerogot sana sini dengan gigi sakti tak tertandingi.

Bus kota agak melaju

Ini Hari Minggu, sewa hanya sedikit yang menunggu

Barangkali di terminal ada keajaiban

Manalah tahu jika ada rombongan hendak berjalan

Semangat! Itulah arti tiap tetes keringat kami. Urusan negara sudah ada pemimpin kami. Paling penting bagi kami adalah seperiuk nasi. Bahagia bagi kami adalah jika ada senyum dari anak istri.

Bogor, 20 Agustus 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline