Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Algojo Persembahan Darah

Diperbarui: 31 Mei 2017   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kyai Sepuh bersila di depan murid muridnya.  Ingin menceritakan sebuah kisah yang bisa menggugah.  Apa arti kekuatan Tuhan di balik semua ketidakberdayaan;

------

Baron melarikan kudanya kencang kencang.  Dia harus tiba tepat waktu.  Riual persembahan itu perlu dirinya.  Dialah yang harus mengiris pergelangan si gadis persembahan.  Itu syaratnya. 

------

Suara tetabuhan mengiris nadi malam.  Begitu miris menyedot sukma.  Kendang dihentak pelan.  Memberi gugup pada purnama yang sedang memanjat langit.  Gending Lingsir Wengi menyayat hati keluar dari mulut seorang sinden yang bersimpuh di pojokan.  Mbah Serni berkomat kamit membaca mantra mantra.  Entah apa yang dibacanya tapi itu membuat jantung siapapun di sekitar sana berdebar debar menunggu apa yang akan terjadi.

Seorang gadis berparas cantik tergeletak tak berdaya di tengah kerumunan belasan orang.  Di atas panggung kecil yang sengaja dibuat di tengah tengah hutan kecil kampung itu.

Ritual persembahan sudah dimulai.  Baron belum kelihatan.

------

Baron menghentikan kudanya secara tiba tiba.  Di depannya berdiri segerombolan orang mengenakan baju merah merah.  Ah, para pemburu darah mencegatnya!  Baron paham bahwa sekarang dia berhadapan dengan pertaruhan hidup dan mati.  Para pemburu darah adalah orang orang yang tidak sekedar haus darah.  Namun memang benar benar penyuka darah.

Baron melompat turun dari kudanya.  Bersiap siap.  Akan ada pertumpahan darah.

------

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline