Menunggu berbuka di tepi pantai terbuka. Sambil memindahkan haus kepada air laut. Melemparkan lapar pada sekumpulan camar. Menyaksikan hilir mudik kecomang belang belang yang terseduh tumpahan minyak kapal.
Beginilah jika sedang kesepian. Bahkan suara jerit lirih rumput laut yang terdampar, serasa ledakan di telinga. Bahkan tiang tiang tua dermaga lama, ditabrak lembut oleh buih gelombang pekat, serasa Hiroshima sedang mendekat.
Beginilah jika sedang dihancurkan penyesalan. Seperti sebatang papan lapuk yang terjatuh, karena kaki kecil sedang berlarian mengejar ikan terbang. Lalu tercebur ke air. Terbawa gelombang hingga pulau tak bertuan. Menunggu saat saat air asin. Menggaraminya lagi dengan cinta.
Batam, 29 Mei 2017