Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Dunia Menuju Porak Poranda

Diperbarui: 26 Mei 2017   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sisa kerumunan pohon yang terakhir tumbang.  Gemuruh rebahnya di tanah basah menyisakan matahari yang kini tegak tanpa ada yang berani menantang lagi.  Menyengat permukaan bumi dengan panas ujung belati buatan para pandai besi. 

Seekor landak terjepit mati.  Bulu bulu tajamnya yang seperti ujung pedang.  Terkulai tak berdaya.  Seekor orang utan muda.  Termangu di ujung jalan yang belum jadi.  Memandang sarangnya yang hancur berantakan.  Dan pohon Ara tempatnya makan terjungkal ke bibir sungai yang alirannya tersendat.  Membentuk lumpur kecoklatan yang tidak enak buat minum.  Hanya cocok untuk berkubang babi hutan.

Angin berhenti.  Menengok hiruk pikuk dan kekakuan.  Berjalan kembali.  Menerbangkan daun daun yang mati muda.  Menyisakan kegetiran panjang.  Celah langit terbuka lagi satu inchi.  Sinar ultraviolet bersiap berpesta pora.  Menanamkan kematian karena kedinginan panjang.  Mengobarkan kekeringan menjadi nyala api.  Dunia porak poranda.  Menuju ke akhirnya yang terlunta lunta.  Kita mau kemana?

Jakarta, 26 Mei 2017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline