Barangkali rumput sudah meninggi. Menutupi nisan yang bertuliskan namamu. Aku harus datang membersihkannya, ibu. Bukan untuk mengenangmu. Tapi membaca namamu di situ, seperti sedang membaca jejak kasihmu dulu.
Aku tidak lupa jalan menuju pusaramu ibu. Seperti aku tidak lupa untuk meminta kepada Tuhanku, setiap selesai memalingkan muka ke kanan dan ke kiri, menyediakan bangku panjang di surga. Tempatmu bisa menselonjorkan kaki. Menghilangkan kelelahan yang kau basuh dengan ikhlasmu. Waktu aku merengek meminta buku yang tidak perlu, atau baju baru padahal kau sedang menghitung airmata di pipimu.
Aku sedang kangen pada pusaramu, ibu. Aku tidak akan membawa kembang. Aku hanya membawa hatiku. Dan setangkup rindu.
Bogor, 7 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H