Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Menyalakan Terang

Diperbarui: 5 Mei 2017   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat sisa lilinku yang terakhir padam.  Gelap seolah olah mau menerkam.  Buru buru aku meraih tirai jendela. Mau minta tolong pada bulan.  Berbagi cahayanya sedikit kesini.  

Aku terperanjat.  Rumah ini tak berjendela!  Aku terjebak!

Seketika aku meraba raba.  Berharap ada pegangan pintu, supaya terang bisa menganga secepatnya.

Aku menemukan api!  Rumah terang benderang! Atapnya terbang entah kemana.  Sinar matahari menyeruak.  Memantulkan seribu prasasti tentang cinta.

Aku biarkan apiku.  Menyalakan terang dalam hatiku.  Menunggu gerimis datang.  Kirimkan kelembutan remah remah air. Sejukkan tumpahan keringatku yang deras mengalir.  

Jakarta, 5 Mei 2017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline