Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Muhammad Subhan

Diperbarui: 22 April 2017   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pertama kali dunia menyambut kedatanganmu. Empat tahun yang lalu. Di luar pagar sebuah panti. Ketika pagi masih belum beranjak dari tidurnya. Sedang tangismu masih selirih gesekan daun bambu. Tangan tangan hangat mendekapmu kala itu.

Perjalananmu telah ditulis anakku. Sama dengan perjalanan puluhan wajah dan tangan mungil di sini. Tidak persis sama. Tidak juga jelas berbeda. Tapi ingatlah satu hal saja. Tuhan menulis dan mengirimkan bukumu, pasti dengan sebuah alasan yang tidak biasa. Pasti lah karena sesuatu yang istimewa.

Perjalananku juga telah ditulis anakku. Untuk menyisihkan waktu dan tenaga. Menjaga halaman demi halaman agar tidak terobek paksa. Sehingga kau bisa melihat dunia dengan cara yang sama. Dengan anak anak lain yang tidak lahir dengan cara yang sama.

Ketika udara sedang menyiksa paru paru. Saat berjalanpun serasa mendaki. Aku membaca sebuah kalimat dengan kau tersenyum di situ. "Ibu...aku sudah TK sekarang." Udara serasa kembali ramah buatku. Berjalan serasa terbang buatku.

Teruslah melangkah anakku. Hingga kelak aku kembali membaca kalimat dengan kau tersenyum di situ. "Ibu...aku sedang memakai toga sekarang." Aku akan menatap langit. Kuhadiahkan air mataku untuknya. Aku akan bersujud di bumi. Kuserahkan semua bahagiaku untuknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline