Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Bulan Sedang Berusaha

Diperbarui: 15 April 2017   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nah!  Benar saja.  Ada noktah di wajah bulan.  Aku tebak, itu adalah bintik bintik lelah karena terlalu keras berpikir tentang perputaran bumi dan matahari.  Dia sebenarnya ingin menetap di satu tempat.  Dimana dia selalu bisa menelanjangi dirinya dalam purnama.  Dia ingin orang orang selalu melihat dirinya.  Saat ini, hanya dua hal yang membuat orang orang menoleh kepadanya;  satu, ketika dia menyabit saat Ramadhan tiba.  Dua, setiapkali dia telanjang sempurna.

Tapi tempat itu tidak ada.  Kodrat dan takdir menjadi pembatasnya.  Yang perlu dia lakukan adalah bagaimana membuat orang orang selalu teringat.  Setiap saat.  Setiap malam.  Tidak perlu siang.  Siang adalah milik matahari.  Dia tidak mau berseteru dengannya.  Karena semua juga tahu.  Dia bisa bersinar karena mendapatkan pinjaman darinya.  Tidak setiap hari, tapi itu cukup membuat dia berhutang budi.

Lalu bagaimana caranya?  Membuat orang teringat setiap saat tidaklah mudah.  Orang hanya teringat tiga hal saja sekarang; satu, saat berduka.  Dua, saat terluka.  Tiga, saat berairmata. Bahkan suka dan gembira hanya sekejap saja bisa diterima.  Rasa syukur?  itu nanti nanti saja....

Jakarta, 15 April 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline