Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

[Puisi] Tersesat

Diperbarui: 13 April 2017   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku menulis ini dengan terburu buru.  Otakku sedang sedikit beku.  Aku pikir lebih baik jika aku pergi saja berburu.  Atau memaku sesuatu.  Di dinding atau pagar tempat orang tersayat sembilu.  Atau barangkali berjalan menuju gang buntu.  Lalu mematung saja di situ.  Sampai ada yang menyiramkan seember air ke mukaku.

Aku tersadar tiba tiba.  Guyuran air itu menikam begitu dalam di dada.  Tak boleh ada sedikitpun jeda dalam memperhatikan dunia.  Setiap detik itu sangat berharga. 

Bisa saja kau melihat seorang nenek kesulitan menyeberangi jalanan.  Lalu kau ulurkan tangan.

Bisa saja kau tersadar ada yang sedang kelaparan.  Lalu kau bagi dua apa yang ada dalam bungkusan.

Bisa saja kau menjadi saksi sebuah kedzoliman.  Lalu kau beranjak dan bersuara lantang di pengadilan.

Bisa saja kau menyaksikan seorang anak tersesat.  Lalu kau menuliskan sebuah alamat.

Bisa saja kau sendiri yang tersesat.  Lalu kau mencari mesjid terdekat.

Jakarta, 12 April 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline