Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Malam Terlarut dalam Secangkir Kopi

Diperbarui: 4 April 2017   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam. Gelap yang terkadang memberikan terang.  Bagi lampu lampu di pojokan jalan yang menunduk mencari serangga.  Sering pula menerbitkan pekat yang menghantui hati.  Tapi itu adalah tugasnya.  Mengadili siang yang tak boleh bertahta semaunya.

Cangkir.  Wadah bisu tempat bergumulnya kisah.  Keinginan dan ketidaktahuan menjadi kesatuan.  Berdenting lirih atau berdentang gamang.  Bagi tangan tangan yang menjamah sekuat raksasa, selemah para nestapa. 

Hitam.  Mengaduk rasa pahit yang dituang bersama senyuman melati.  Secepat kilat melarutkan malam yang pekat.  Ke dalam cangkir yang disinggahi oleh banyak cerita.  Tenggorokan ini langsung terbasahi oleh kebas.  Pada rasa kantuk yang menyengat seperti ribuan tawon.  Aku harus selesaikan kisah ini.  Atau aku akan terperangkap selamanya dalam kerangkeng bernama tempurung.

Manis.  Adalah rasa yang memberontak terhadap pahit.  Hulubalangnya adalah sekawanan gula.  Panglimanya adalah senyumanmu yang tulus dan penuh cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline