Lihat ke Halaman Asli

milma yasmi

Belajar menjadi penulis agar dapat menjadi penulis hebat

Bersyukur atas Nikmat Allah

Diperbarui: 15 Februari 2023   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Aku merasa akulah orang yang kurang beruntung di dunia ini. Ada banyak masalah yang kuhadapi, cobaan demi cobaan dilalui. Merasa aku memiliki banyak kekurangan dan banyak masalah. Hari ini aku diberi kesempatan untuk menyadari bahwa masih ada orang yang lebih menderita dariku. Selama ini akulah yang paling menderita, paling sedih, serta paling paling paling banyak beban hidup.

Tidak bisa dipungkiri semua kita diberikan ujian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang diberikan pada diri sendiri, anak, suami, orang tua, atau keluarga lainnya. Semua itu terjadi bisa karena karma atau sengaja Allah ingin agar kita bersimpuh menengadahkan tangan meminta. Serta mengambil posisi sebagai hamba yang jauh dari kesombongan. 

Hari ini aku menjenguk saudaraku di rumah sakit Fatmawati Jakarta Selatan. Aku memulai perjalanan dari rumah diantar suami ke bandara Fatmawati Bengkulu - bandara Soetta, lanjut menuju Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan. Aku pergi sendirian kali ini. Anak saudaraku sudah dioperasi kemarin dan aku kebagian piket mulai malam ini, tepat tanggal 14  Februari 2023. Aku berangkat dengan menggunakan jilbab dan jubah yang dapat kugunakan sholat tanpa harus menggunakan mukenah. Pakaian longgar dan jilbab besar sangaat nyaman digunakan saat bepergian jauh. Berkah dan nikmat islam yang semua diberikan kemudahan untuk bersiap-siap. 

Tepat pukul 14.15 WIB pesawat lepas landas dari bandara Fatmawati Bengkulu menuju Jakarta. dan tiba di Soetta sekitar pukul 15.30 wib. Aku yang biasanya dijemput keluarga kalau melakukan perjalanan ke Jakarta, atau naik Damri kalau mau ke rumah saudara. Nah kali ini aku harus menggunakan jasa angkutan berupa taxi  online/offline. Sambil mengumpulkan tenaga yang masih tersisa aku duduk sejenak tidak jauh dari pintu keluar bandara. Aku mulai dikerumuni pengelola taxi bandara resmi atau lainnya. Aku tersenyum sambil mengangkat tangan dan permisi untuk tidak menggangguku sebentar. Aku ingin berpikir sejenak dan mengambil langkah apa ? singakt cerita akupun naik taxi dengan bayaran sekitar Rp. 270.000,00.  Aku akhirnya tiba di lokasi tepat pukul 18.40 WIB. Gedung bagian belakang berdekatan dengan masjid Afiyah, tepatnya gedung Bougenvil Rumah Sakit Fatmawati. Adikku sudah menungguku di depan pintu masuk gedung itu. Alhamdulillah sampai dan sudah bertemu.

Perasaan campur aduk, senang dan sedih. Senang karena bisa berkumpul di sini, sedih karena situasinya yang berkaitan dengan rumah sakit. Anak saudaraku alhamdulillah sudah melalui masa kritis selesai operasi. Aku terang saja belum bisa menemuinya karena ruangannya sangat ketat dijaga oleh satpam dan perawat, ia namanya saja ruang PICU. Malam-malam begini masih saja ramai keluarga pasien yang sesekali mendapat panggilan dari tim medis yang sedang bertugas. Aku bermalam di sini hari ini hingga beberapa hari ke depan. Semoga saja ini merupakan amal baik dan dihitung sebagai amal baik. 

Tuhan, aku tidak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang ternyata anak tetanggaku di Seluma. Tepatnya anak Uda pemilik rumah makan  Minang Saiyo di depan pom bensin kotaku. Ini rumah makan langgananku sejak dahulu kala. Pertemuan yang tidak sengaja ini berawal dari dia mendengar percakapan kami yang mungkin saja bahasanya tidak asing. Kemudian ibunya mengenaliku tetapi masih ragu hendak menegur. Sejurus kemudian, aku langusng mendapat hujanan pertanyaan, yang intinya menanyakan bahwa aku berasal dari daerah yang sama dengannya. 

Akupun dengan senang hati mengajaknya bercengkrama dan menanyakan apa yang menjadi persoalannya hingga ada juga di sini. Ini rumah sakit yang sangat erat kaitannya dengan tulang. Benar saja, anaknya beberapa hari kemarin mengalami kecelakaan, tertabrak oleh mobil hingga batok kepalanya pecah dan kakinya hancur. Usut punya cerita, anaknya sudah mengalami cidera yang cukup parah.  Operasi sudah selesai dilakukan, masih berdebar-debar menunggu apakah akan kembali pulih atau entahlah...aku seolah tersadar ternyata banyak orang yang lebih sengsara dariku. Ini satu contoh, memiliki anak semata wayang yang masih berusia sekitar 6 tahun. Menurut cerita teman sekolahnya, anaknya ini sangat baik, ramah, dan disukai banyak orang. Guru dan teman-temannya mengirimkan video sedang mendoakannya.

Senyuman ini membalut luka yang diderita demi anak semata wayang. Ibu yang tabah menanti perkembangan si buah hati. (Dokpri)

Belum lagi kalau membahas cerita mbak Tuti, teman senasib di sini yang ketemu di toilet. Beliau baru saja melahirkan, namun anaknya menglami benjolan di dekat tengkorak kepala. Selain itu, berat badannya masih sangat kurang alias di bawah normal. Huh, ada saja masalah yang berbeda namun tetap muaranya sama yaitu Allah segala pemilk urusan. Seperti halnya adikku ini, baru beberapa tahun diitnggal pergi suami, didera pula dengan kedua anaknya divonis skoliosis. Perkembangan tulang belakang yang bengkok menyerupai huruf S sangatlah cepat. Beruntung jadwal operasi sudah didapat dan tinggal menjalani tahapan demi tahapan pemeriksaan sebelum operasi, saat operasi, dan pasca operasi. Semoga mendapatkan kemudahan dan kesembuhan ya ...aaamiin...

(Dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline