Lihat ke Halaman Asli

Kenali dan Temukan Bakat yang Dimiliki Anak

Diperbarui: 4 April 2019   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.theguardian.com

Dalam aktivitas sehari-hari istilah bakat seringkali diinterpretasi secara berbeda-beda, seperti misalnya untuk menggambarkan kemampuan intelektual yang tinggi, minat yang menonjol, potensi, kemampuan yang diperoleh karena diturunkan dari orang tua, dan lain lain. Sebagai orang tua atau guru penting bagi kita untuk mengetahui dasar pengertian dari bakat. 

Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.

Terkadang orang tua tidak mengerti akan apa bakat atau minat anak -- anaknya. Tanpa orang tua sadari apa yang telah dilakukan adalah keinginan mereka bukan keinginan anaknya. 

Banyak orang tua yang mengeluh karena hasil tes intelegensi (IQ) anak mereka menunjukan hasil yang kurang memuaskan dan di luar harapan mereka (Lucy, 2010). Karena banyak orang tua yang masih memandang kecerdasan anak hanya terletak pada kemampuan tersebut. 

Kesalahan pemikiran seperti itu yang sering menyebabkan konflik antara orang tua dengan anak. Kecenderungan orang tua memaksakan kehendaknya dapat mengakibatkan anak akan merasa tertekan, kehilangan semangat belajar sehingga anak akan cenderung menjadi malas sekolah(Januar, 2014).

Menurut Howard Gardner, (2003) dalam setiap diri manusia ada sembilan jenis kecerdasan, yaitu: (1) kecerdasan logic-matematical, (2) kecerdasan linguistic, (3) kecerdasan musical, (4) kecerdasan spatial, (5) kecerdasan bodily kinestetic, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, (8) kecerdasan naturalis, dan (9) kecerdasan eksistensialis (Ardimen, 2016). 

Orang tua perlu mengenali berbagai macam kecerdasan yang anak miliki. Meski hasil tes IQ yang mereka lakukan menunjukkan nilai yang kecil bukan berarti mereka bodoh hanya saja pasti mereka punya salah satu jenis kecerdasan yang lebih dominan dan para orang tua bisa menfasilitasi sehingga hal tersebut bisa berkembang dan berpotensi menjadi sebuah bakat.

Misalnya saja kisah seorang anak berbakat dalam film Gifted menceritakan tentang seorang pria lajang bernama Frank Adler yang sedang berjuang untuk membesarkan dan mengambil hak asuh putri almarhum adiknya, yaitu Mary di sebuah kota pesisir di Florida. 

Frank memang sepenuhnya menyadari potensi keponakannya, yang  hampir sama dengan kejeniusan ibunya yang tewas bunuh diri. Ia pun memutuskan untuk memasukkan Mary yang berusia tujuh tahun ke sekolah biasa dengan harapan Mary mendapat kehidupan sekolah normal di usianya. Merry adalah seorang gadis yang mempunyai bakat dibidang matematika, bakatnya di peroleh secara genetik dari ibunya. 

Pamannya hawatir dengan bakat yang ia miliki karena ia lebih suka menghabiskan waktu sendirian untuk membaca buku matematika. Sedangkan  pamannya ingin merry hidup seperti anak normal dan bermain dengan teman-temannya. Bakat yang dimilikinya didukung oleh neneknya yang juga ahli matematika dan neneknya sering mengiriminya buku tentang matematika agar bakatnya itu semakin berkembang.

Dengan demikian berarti sebagai orang tua kita tidak boleh menilai anak kita bodoh tapi kenali lebih dekat lagi potensi menonjol yang dimiliki oleh anak dan stimulus terus bakat yang dimiliki anak dan jangan sampai bakat yang dimiliki anak tersebut menjadi penghalang untuknya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline