Lihat ke Halaman Asli

Dunia Bukan Milik Orang Baik?

Diperbarui: 11 Juli 2024   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freepik

Assalamualaikum, Bu Ai.

Bersama Al-Fatihah pagi ini untuk Bu Ai, izinkan Rena menuliskan ejawantah Bu Ai yang memayungi isi pikiran Rena ini Bu, walaupun Rena tau surat ini tidak akan lagi sampai ke tangan Bu Ai sampai kapanpun.

Rena ingat betul, jum'at sore lepas belajar mengaji bersama Bu Ai, lebatnya hujan dan tebalnya kabut menahan Rena di Surau bambu reyot tempat ibu sering mengajari kami merenungkan kehidupan ini. Pelajaran-pelajaran sederhana, namun walaupun telah 15 tahun berlalu, Rena tetap ingin mengulang momen berharga saat kami bebas bertanya apapun kepada Bu Ai, dan Bu Ai selalu berhasil menyuapi pikiran kami dengan jawaban-jawaban yang menentramkan.

Bu Ai menceritakan kepada kami bahwa dunia memiliki petak-petak golongan yang berbeda, dan dalam setiap golongan tersebut, akan ada si kuat dan si lemah, si baik dan si jahat. Sangat ideal untuk menjadi baik dan kuat, meskipun si baik tidak boleh melawan si jahat dengan kejahatan, melainkan hanya boleh dibalas dengan kebaikan. Sementara, si jahat dengan kejahatannya menjadikan ia semakin kuat, Bu.

Bu Ai juga mengajarkan kepada kami, bahwa jiwa kami dengan naluri alaminya terlatih untuk memilih petak golongan yang memiliki kemiripan dengannya. Sekarang orang punya istilah keren menyebutnya Law of Attraction, Bu. Ah namun kalah cepat dengan Bu Ai yang telah lama menceritakan itu kepada kami. Namun, Bu, jika orang jahat berkumpul dengan orang jahat yang terus menguat karena kejahatannya, bukankah itu berarti akan menjadikan orang baik semakin inferior, Bu?

Sebentar, Rena ingat wejangan Bu Ai yang lain, bahwa memang tidak ada yang kekal di dunia "tempat transit" ini, karenanya peradaban manusia terus berputar. Bu Ai terus mengingatkan kami tentang satu kepastian dalam hidup, yaitu tentang jatah waktu atau kesempatan hidup itu sendiri, dan dengan apa kita akan mengisinya. Bu Ai mengajari kami, yang nyata adalah berkah kebebasan bagi kita untuk memilih akan masuk ke dalam petak golongan mana. Dan rupanya, kendali untuk memilih ada ditangan kita sendiri.

Terimakasih Bu Ai, telah mengingatkan kami bahwa cara mengubah dunia adalah dengan mengubah diri kita sendiri, dan dengannya kita menerima desain lanskap kehidupan yang sejatinya Gusti Allah sendiri yang telah menulis skenarionya. Sehingga, kendali kita akan kembali pada mengupayakan yang paling maksimal untuk menjalani peran kita sebaik mungkin dalam skenario tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline