Pesta demokrasi telah berlalu, kali ini kita dalam keadaan cemas menanti lahirnya pemimpin baru Republik Indonesia. Akankah muncul perbaikan pada negeri ini dalam lima tahun ke depan. Saya rasa pemimpin baru itu telah lahir, pemimpin tersebut adalah Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno. Akademisi Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) merilis exit poll Pilpres 2019. Hasilnya, Prabowo-Sandiaga Uno unggul 66,4 persen, sementara Jokowi-Ma'ruf hanya mengantong 33,6 persen.
Selain itu hasil quick count Prabowo-Sandi menang 52,2 persen. Dan Prabowo secara tegas menyampaikan kepada para pendukungnya untuk menjaga dan mengawal kemenangan ini, "Saya mengimbau pendukung saya semua agar tetap tenang dan tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan anarki. Tetap fokus kawal kotak suara karena kotak-kotak itu adalah kunci kemenangan, karena kebohongan-kebohongan yang sudah dilakukan bisa dilawan," ujar Prabowo Subianto.
Secara keseluruhan kita lihat Pilpres berjalan secara kondusif dan aman, tapi sayangnya potensi kecurangan yang mengganjal kemenangan Prabowo-Sandi. Ada sebuah upaya dari lembaga survei tertentu yang kita ketahui memang sudah bekerja untuk satu pihak untuk mengiring opini seolah-olah kita kalah. Secara massif kita lihat media mencoba mem-framming kekalahan kubu Prabowo-Sandi. Selain itu, diskriminasi terhadap calon pendukung Prabowo-Sandi pada saat ingin melakukan pencoblosan juga banyak ditemukan di beberapa TPS. Jelas ini adalah upaya penghadangan terhadap jalan bagi Prabowo-Sandi. (Sumber)
Surat suara yang telah tercoblos untuk memenangkan Jokowi-Maruf juga sempat ditemukan di berbagai tempat. Bahkan tidak hanya terjadi di dalam negeri, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subuanto-Sandiaga Uno, Ahmad Muzani, mengaku menerima laporan dugaan kecurangan terkait penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di Belanda dan Arab Saudi.
Dia menerangkan pola dugaan kecurangan itu beragam. Salah satunya, memisahkan pemilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan Prabowo-Sandi. Ada upaya dari aparatur KBRI dan KJRI untuk mendeskriditkan pendukung Prabowo dan Sandi. Padahal seharusnya aparatur pemerintah seharusnya netral. Kasus kecurangan dalam pemungutan suara juga banyak terjadi di luar negeri lainnya, Malaysia, Hongkong dan Sidney adalah sedikit contoh sebuah kecurangan yang secara masif dan terstruktur merugikan Prabowo-Sandi.
Demi mengamankan kemenangan setiap pendukun Prabowo-Sandi harus satu sikap dan mengikuti komando sebagaimana yang diucapkan oleh Prabowo Subianto, "agar kebohongan-kebohongan yang sudah dilakukan bisa dilawan.
Saya tegaskan pada pendukung saya untuk sama sekali tidak terprovokasi dan menghindari semua bentuk tindakan berlebihan, tindakan di luar hukum, dan tindakan kekerasan apa pun". Setiap relawan dan pendukung Prabowo-Sandi yakin satu hal bahwa Prabowo-Sandi menang Pilpres dan Indonesia akan adil dan makmur 5 tahun ke depan di bawah pimpinan Prabowo-Sandi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H