Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Kecewa

Diperbarui: 5 Januari 2019   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rintik demi rintik air Tuhan turun
Linai demi linai mendobrak topengku
Topeng wajahku yang selama ini kupakai
Yang terbiasa memancar senyum
Sekarang mulai datar
Kini perlahan mulai retak akibat airmata
Aku sejenak terdiam
Memandang pekatnya langit malam
Tak ada satupun bintang yang kutatap
Mencoba memutar ulang memori
Sekejap mataku sayu
Seakan tak sanggup mengelus dada
Aku mulai menangkap sesuatu
Kurasa inilah definisi kecewa
Kecewa yang melebihi amarah
Memacu emosi, terkulai, patah, dan hancur sekejap mata.
Aku terus mencoba bangkit kembali
Namun sesuatu yang telah patah tak akan mungkin utuh lagi

Balikpapan,05 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline