Lihat ke Halaman Asli

Puisi| Luluh

Diperbarui: 23 Desember 2018   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Didaun yang mulai mengatup
Disitulah air itu mengalir lembut
Ia air hujan sisa semalam
Mereka jatuh bersama air mataku
Mata sembab dan pipi lembab
Itulah yang ia tinggalkan
Aku tertenggun
Semua ini adalah ulahku
Aku sangat bodoh
Mudah tertipu olehmu
Awalnya kukira kau juga sama rasa
Ternyata kau hanya berpura
Setidaknya jangan pernah menatap
Bila tak ada niat untuk menetap
Segenap rasaku pun mulai luluh lantah
Begitu saja, akibat rayumu
Asal kau tahu
Aku bukanlah kelinci percobaan
Sudahlah kupersilahkan kau pergi
Aku baru tau bahwa semuanya
Hanya menjadi boomerang bagiku
Sangat pedih dan pedih sekali
Bahkan aku pun tak sanggup meredam

Muara Jawa: 23 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline