Salam Asal Coret
"Nun, walqalami wamaa yasthuruun" (Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.. QS. Al-Qalam :[68]: 1)
Menulis, sepanjang pengetahuan saya sampai detik ini, hanya dilakukan oleh makhluk bernama manusia. Sejarah kemanusiaan dapat dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama adalah era sebelum ditemukannya tulisan, dan era yang kedua setelah tulisan dikenal oleh manusia. Sementara pakar berkata bahwa tulisan dikenal pertama kali Mesir sekitar 5000 tahun yang lalu, yakni tulisan heroglifa yang berhasil diungkap rahasianya oleh Peneliti dan Orientalis Perancis, Champollion (1790 - 1832). Ada juga yang berpendapat bahwa bahasa pertama yang tertulis ditemukan di Yangshau, wilayah China sekitar 4000 - 5000 tahun SM. Dalam literatur agama dikenal nama Nabi Idris as. Banyak ulama yang merujuk kepada Perjanjian Lama, menganggapnya sebagai kakek dari ayah Nabi Nuh. Disana beliau dinamai Henokh. Nabi Nuh menurut Perjanjian Lama adalah anak dari Lamekh, putra Metusalah putra Henokh (Kejadian V: 21-26). Agaknya orang-orang Arab atau Quran menamainya Idris dengan mengambilnya dari kata akar kata darasa yang berarti belajar. Konon, nama itu disandangkan kepada beliau karena beliau adalah orang yang pertama mengenal tulisan atau orang yang banyak belajar dan mengajar. Orang-orang Yunani dan orang Mesir Kuno menamainya Hurmus, ada juga yang berkata orang Mesir menamainya Tut. Siapapun beliau dan siapapun yang menemukan tulisan, yang jelas tulisan adalah anugerah besar atau katakanlah revolusi budaya besar bagi makhluk Tuhan yang bernama manusia. Tulisan adalah medium mengabadikan dan mentransper ilmu kepada generasi sesudahnya. Tulisan adalah salah satu medium mengabadikan pikiran, budaya, sosial, politik serta tradisi dalam kurun waktu tertentu. Tulisan memiliki keterkaitan yang sedemikian erat dengan kondisi social , politik, budaya serta tradisi dimana tulisan itu lahir. Karenanya, dalam memahami sebuah tulisan (teks), tidak boleh tidak harus melibatkan beberapa faktor tersebut agar sebuah tulisan dapat dipahami dengan benar – atau setidaknya kita dapat mendekati apa makna sebuah tulisan dan gagasan apa yang hendak disampaikan oleh penulis – dan juga, tentunya, untuk menghindari pemenggalan makna. Menulis adalah menuangkan pikiran, isi hati dalam sebuah wadah yang disebut tanda, huruf, simbol, atau apapun namanya sebagai sebuah media komunikasi, sebagai perantara antara pembaca dan penulis, apalagi ketika penulis berada dalam kurun waktu yang berbeda dengan pembaca. Tulisan boleh jadi isinya adalah gejolak jiwa, perasaan tertekan, emosi yang meluap-luap, haru biru di hati, pemberontakan, pesimisme, ambisi, cinta tak terbalas, serta kasmaran dengan segala tetek bengeknya (kangen tapi malu bersua, Alhamdulillah yah, gue bangeeet… hahahah,) Suatu ketika, kita mengalami keadaan dimana tiba-tiba kita merasa sedang berada di tahun masa-masa perjuangan mempertahankan kedaulatan dan harga diri bangsa, dengan ikat kepala merah putih, mengangkat bambu runcing, berteriak MERDEKA paling kencang dan menjadi salah satu pejuang paling berani melawan dan mengusir pasukan kolonial Belanda yang dilengkap artileri modern dari bumi pertiwi tercinta. Atau, suatu ketika kita merasa sedang berada dilingkungan masyarakat pagan, yang memperlakukan wanita dengan amat buruk. Atau, tiba-tiba kita merasa sedang berada diantara sahabat-sahabat Nabi, menunggang unta serta merasakan cuaca gurun pasir yang meneraka. Atau, bahkan kita merasa berada di dalam Surga ditemani seorang perempuan cantik dengan memakai pakaian surgawi. Dimanja oleh fasilitas surga yang luar biasa dahsyat. Ada sungai susu tempat kita mandi serta aneka buah yang disediakan untuk dinikmati. Semua ketika yang tiba-tiba hadir itu terwujud pada saat kita membaca dan menikmati sebuah teks tulisan. Jadi, tulisan, selain sebagai media komunikasi, tulisan juga sebagai media transportasi menuju suatu ketika dimana Tuhan sekalipun ketika itu belum merencanakan memilih siapa bakal calon kakek, nenek, ayah dan ibu kita. Ketika itu adalah masa lalu.
“Orang boleh pintar setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Demikian ungkap Pramoedya Ananta Toer.
Saya pikir, tidak ada alasan untuk tidak menyepakati pernyataan salah satu tokoh bangsa ini. Karena lewat tulisan-tulisan beliaulah kita sebagai makhluk yang lahir lebih kemudian dari beiau, sampai hari ini masih bisa belajar dan berkomunikasi, membincang situasi politik masa lalu, mendiskusikan tentang DUNIA MANUSIA dengan beliau, dan semua itu adalah bukti bahwa pernyataan beliau adalah benar, dan juga sebagai bukti bahwa beliau benar-benar telah menjadi “abadi”. Dan, mendadak saya juga ingin abadi di hati salah seorang perempuan, hahahahah apa ini, kok OOT?. Tapi, masalahnya adalah saya tak pandai menulis. Setiap saat saya ingin menulis, ada beberapa masalah yang susah saya temukan solusinya, diantaranya adalah “apa yang harus saya tulis?”. Yah, apa yang harus saya tulis?. Ketika jawaban atas masalah itu saya temukan, dan saya akan memulai menulis ini dan itu, masalah paling pelik yang kemudian muncul adalah ; dengan topik tersebut, apa yang akan saya tulis dan harus memulainya dari mana? Dalam kepala saya, sudah begitu banyak judul, tema, topik, atau apapun namanya yang tidak memiliki Kata Pengantar, Daftar Isi, Pendahuluan, serta Bab-bab yang membahas dan menjelaskan dengan sangat luas dan sedemikian detail tentang judul, tema dan topik tersebut. Dan bahkan boleh jadi jumlahnya sudah tak terhitung. Dan pada gilirannya, kesimpulan dan penutup adalah dua hal yang paling tak tersentuh. Kini, saya dengan segala hormat dan kerendahan hati hanya bisa meminta saran-saran dari anda semua. Jika tak ada yang berkenan memberikan saran, maka hamper bisa dipastikan proyek Buku Besar dan masuk kandidat peraih Best Seller ini akan berakhir mengenaskan dan akan terbit dengan hanya berisi Sampul Depan, Judul, Saran, dan Sampul Belakang. Hihihihi Best Seller? Best Seller Dari Hongkong.. hahahaha
PANDAI NULISPE (puisi untuk anda) J Aku bukan penulis Jika pun aku adalah penulis, *Ah, tapi aku bukan penulis.!* Aku adalah penulis gagal Yah, penulis yang gagal menulis Karena tidak tahu, harus menulis apa Memulainya dari mana Aku tegaskan ! Aku tak pandai menulis Aku bukan Penulis Aku hanya pandai nulisPe (P-P-P-P-P-P) Salam. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H