Lihat ke Halaman Asli

Milandini Berlian

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Gadis Kretek: Merajut Budaya dan Tantangan Kesehatan

Diperbarui: 6 Desember 2023   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Rani Asnurida)

Akhir bulan lalu media sosial digemparkan dengan sebuah serial netflix berjudul “Gadis Kretek” yang diangkat dari novel karya Ratih Kumala pada 2012 silam. Faktanya Ratih Kumala menulis novel tersebut berdasarkan kisah nyata yang dialaminya. Istilah gadis kretek menggambarkan seorang perempuan yang menikmati rokok kretek. Netflix berhasil membuat masyarakat gempar dengan menjadikan novel tersebut serial, hingga meninmbulkan kolaborasi antara serial netflix gadis kretek dengan sebuah brand minuman.

Bicara mengenai rokok, bukan sebuah warisan budaya. Hal ini menjadi kontraversial mengenai penolakan kretek sebagai warisan budaya. Pada hakikatnya masalah tersebut merupakan Seperti persoalan setuju atau tidak setuju. yang kita ketahui bahwa kota Kudus dijuluki sebagai kota kretek. Melalui website Komunitas Kretek dijelaskan menganai sejarah istilah kretek. Singkatnya pada akhir abad ke-18 di Kudus, seseorang yang bernama Haji Djamhari berhasil membuat ramuan yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Ramuan tersebut berasal dari daun tembakau yang diiris dengan cengkeh dan dilinting dengan daun jagung kering, kemudian dibakar dan dihisap. Ramuan dapat mengurangi asama yang diderita Djamhari dan dikenal dengan istilah kretek dan r Kretek menjadi budaya masyarakat Kudus, karena kretek selalu dijaga hingga berkembang dari masa ke masa. Hingga pada akhirnya pabrik-pabrik besar kretek terbangun di kota Kudus. Hal yang lebih menguatkan pada 3 Oktober 1986, Soepardji Roesman yang pada saat itu merupakan Gubernur Jawa Tengah mendirikan museum kretek sebagai peringatan industri kretek dimulai dari Kabupaten Kudus.

Jika melihat dari perspektif rokok  bukan warisan budaya, Direktur RAYA Indonesia mengatakan “Rokok kretek bukan warisan budaya Indonesia, karena rokok bukanlah budaya asli Indonesia dan tidak dapat memberi manfaat bagi generasi mendatang, sehingga tidak memenuhi unsur penting dan persyaratan utama sebagai warisan budaya” Hery Chariansyah. Selain itu Hery juga berpendapat, jika rokok kretek dijadikan warisan budaya maka pemerintah harus melakukan upaya pelindungan. Namun dalam hal ini, industri kretek akan sangat diuntungkan sementara masyarakat akan menjadi korban.

Kedua prespektif tersebut tidak bisa terlepas dari persoalan kretek. Kretek memang bukan warisan, jika dilihat dari manfaat dan dampaknya. Tetapi, bagi masyarakat Kudus kretek merupakan warisan budaya. Hal yang membuat kretek dianggap sebagai warisan budaya, karena kebiasaan masyarakat Kudus yang sejak abad ke-18 melinting tembakau. Kebiasaan tersebut menjadi komoditas yang semakin luas.

Pada serial Gadis Kretek mengisahkan sejarah dan budaya kretek di sebuah daerah. Kretek telah menjadi simbol budaya Indonesia selama bertahun-tahun. Penggunaan rokok kretek dalam berbagai upacara adat dan kegiatan sosial mencerminkan kekayaan budaya yang harus dihargai. Gadis kretek mungkin melihat penggunaan rokok sebagai bagian dari identitas dan kebiasaan sehari-hari yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun pada serial tersebut kretek adalah bagian dari warisan budaya, kajian tentang dampak kesehatan dan peran perempuan dalam mengonsumsi rokok perlu diperhatikan secara serius. Konsumsi rokok membawa dampat yang serius, terutama jika yang mengonsumsi seorang perempuan. Mengutip dari berbabagi sumber terpercaya seperti pada website Kemenkes, National Istitutes of health, dan sebagiannya terkait dampak negatif konsumsi rokok bagi kesehatan antara lain:

  • ketergantungan nikotin;
  • kerusakan pada mulut dan gigi;
  • mengaktifkan sel kanker;
  • menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK); dan
  • terancamnya kesehatan reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan.

Gadis kretek mungkin dihadapkan pada risiko kesehatan yang meningkat, dan kesadaran akan implikasi kesehatan jangka panjang menjadi sangat penting. Advokasi kesehatan perlu ditingkatkan untuk memberikan informasi yang akurat tentang risiko merokok. Pentingnya pengetahuan masyarakat tentang risiko merokok, baik melalui kampanye anti-rokok maupun tayangan iklan yang dapat membantu mengubah persepsi dan perilaku gadis kretek. Menekankan pentingnya kesehatan dan memberikan alternatif gaya hidup yang lebih sehat menjadi langkah penting untuk mengatasi tantangan ini.

Gadis kretek mencerminkan dinamika kompleks antara warisan budaya dan dampak kesehatan. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi relasi sosial dan persepsi diri, membentuk keberanian atau mungkin menjadi bentuk pemberontakan terhadap norma-norma yang ada. Penting untuk memahami dan menghormati nilai-nilai budaya, sambil mempromosikan kesadaran akan risiko kesehatan yang terkait dengan kebiasaan merokok. Dengan demikian, serial ini memotivasi penonton untuk lebih memahami dampak merokok pada kesehatan dan mempertimbangkan langkah-langkah positif untuk berhenti merokok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline