Lihat ke Halaman Asli

Keramik, Seperti Apakah Kamu?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tepatnya sekitar setahun yang lalu, guru bahasa Jepang saya pernah berkata, “Manusia itu diibaratkan seperti keramik.” Saat itu saya mengerutkan dahi saya. Bagaimana mungkin manusia yang memiliki akal dan pikiran diibaratkan seperti keramik yang jelas-jelas merupakan benda mati?

Guru saya kemudian berkata, “Terlepas dari rupanya, kualitas mereka berbeda-beda.”

Beliau menerangkan, dalam kenyataannya, banyak orang yang memilih keramik berdasarkan rupa/desainnya. Entah itu cantik, simple, warna-warni, dll. Namun, sebenarnya yang terpenting bukanlah rupa, melainkan kualitasnya. Untuk keramik yang murah, tergesek dengan meja saja langsung berbaret. Sedangkan untuk keramik yang mahal, dia selalu tahan baret entah dengan barang sekeras apapun dan setajam apapun.

Itulah yang membuat guru saya berteori bahwa manusia seperti keramik secara fisik dan emosi. Rupa boleh saja indah, hal itu relatif tergantung bagaimana orang-orang melihatnya. Namun hal itu tidak berlaku untuk kualitasnya. Orang-orang yang emosinya tinggi, mudah marah atau tersinggung oleh hal-hal sepele diibaratkan seperti keramik murahan. Sedangkan orang-orang yang selalu sabar dan tabah menghadapi komentar pedas dan cemoohan diibaratkan seperti keramik mahal.

Jadi, lebih baik yang murah atau yang mahal? Tentu saja yang mahal. Di dunia ini tidak ada manusia yang mau dibilang murahan, kan? Semoga Allah senantiasa membimbing kita di jalan yang benar. Amiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline