Lihat ke Halaman Asli

Mikhael Yosia

Medical/Operational Research Coordinator Doctors Without Borders (Médecins Sans Frontières), Master in Occupational Health

Menggunakan Artificial Intelligence untuk Prediksi Akhir Covid-19

Diperbarui: 8 Mei 2020   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prediksi AI untuk seluruh dunia dan berbagai negara. (Sumber: SUTD)

Sebagai seorang peneliti dan dokter dibidang kesehatan, pertanyaan yang sering dilontarkan kepada kami akhir-akhir ini adalah: "Kapan COVID-19 berakhir?". Jujur, sampai sekarang susah untuk saya menjawab pertanyaan itu. Hati ingin optimis, tapi otak tetap pesimis. Banyak sekali faktor yang harus diperhatikan, belum lagi keadaan di satu negara tidak pernah sama dengan negara lainnya.

Selusin model dan prediksi telah dikeluarkan oleh berbagai belahan pihak masyarakat, dari ahli matematika sampai para cenayang dengan kemampuan indera keenamnya. Tetapi jawaban yang pasti mengenai kapan COVID-19 berakhir masih hanya diketahui oleh Yang Maha Esa saja.

Beberapa saat lalu, Singapore mencoba menggunakan pendekatan yang berbeda dalam memprediksi kapan COVID-19 akan berakhir. Peneliti dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) berkesperimen dengan menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisa data dari berbagai negara dan menghitung kapan kira-kira COVID-19 akan berakhir di negara-negara tersebut.

Mungkin sebuah pandemi penyakit dapat terlihat "random" datang dan pergi secara tiba-tiba dan semaunya saja, seperti kasih yang tidak sampai. Tetapi pandangan ini tidak sepenuhnya benar, seperti yang kita pelajari dari pandemi-pandemi sebelumnya semua pandemi, termasuk COVID-19, mengikuti siklus hidup standar yang terdiri dari fase-fase tertentu. 

Dimulai dari awal mulainya wabah, pandemi akan melalui fase akselerasi, titik belok, fase deselerasi seblum mencapai fase akhir. Namun lama dan kapan muncul fase-fase ini dapat bervariasi tergantung jenis penyakit yang menyebabkan pandemi dan oleh negara masing-masing. Negara menjadi sebuah variabel penting dalam menentukan akhir sebuah pandemi karena pemerintahan dan kebijakan-kebijakannya sangat dipengaruhi dan mempengaruhi bagaimana sebuah pandemi berkembang. 

Dengan memanfaatkan pengetahuan akan siklus hidup dan fase-fase pada pandemi, peneliti dari SUTD telah menciptakan model matematika berbasis SIR (suseptible-infection-recovered atau berdasarkan angka populasi subseptible-terinfeksi-sembuh) yang diniliai dapat memprediksi infeksi COVID-19 dimasa mendatang.

Dasar dari hitungan matematika ini adalah data jumlah kasus dan kematian COVID-19 yang dilaporkan oleh pemerintah dunia. Semua ini dilakukan dan dihitung langsung oleh AI, yang juga akan menganalisa data-data yang masuk untuk memperbarui prediksi akhir COVID-19 setiap harinya. 

Model ini dikembangkan menjadi sebuah model pemantauan-prediktif (memantau kejadiaan yang terjadi secara riil berdasarkan data pemerintahan dan dengan itu memprediksi kemungkinan akhir COVID-19).

Data yang dimasukkan divisualisasikan dalam diagram batang, dan kurva berbentuk lonceng di atasnya menampilkan lintasan penyakit yang diprediksi, memungkinkan pengguna untuk dengan mudah mengidentifikasi fase utama pandemi, termasuk titik belok - atau puncak kurva - dan akselerasi dan fase deselerasi.

Pada 30 April 2020, model ini memperkirakan akhir 100% dari pandemi pada skala dunia sekitar 4 Desember. Ini berbeda untuk negara-negara tertentu, dengan Singapura diprediksi 100% bebas dari virus sekitar 28 Juni, Inggris akan 100% gratis sekitar 27 Agustus dan AS akan 100% gratis sekitar 20 September.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline