Lihat ke Halaman Asli

Mike Reyssent

TERVERIFIKASI

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kisruh Pilkada Siapa yang Diuntungkan dan Siapa yang Dirugikan?

Diperbarui: 1 November 2016   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Youtube, Indoenergi, 12122am.blogspot.co.id, dan dari Teropong Senayan, Edit oleh Mike Reyssent

Apa benar dalam politik tidak ada teman dan musuh yang abadi? Kalau tidak ada teman yang abadi banyak. Kalau musuh abadi? Hmmmm.... Coba aja kita lihat yang terjadi di Indonesia sekarang ini, khususnya dalam pilkada DKI 2017 nanti.

Kita semua sama paham, bahwa ada dendam yang membara dan sakit hati tak terlupakan, diantara para penguasa Indonesia -para mantan yang kini duduk sebagai Kingmaker- yang terkait peristiwa masa lalu.

Supaya tidak terlalu panjang dan membosankan, artikel ini akan saya potong jadi dua bagian. Kisah cinta para mantan ini akan saya tulis diartikel selanjutnya yaaa. Heu heu heu... Bang Peb Mode On...

Kita bisa melihat ketika Pilpres 2014 lalu, dimana PDIP dan Gerindra bersaing seru. Mungkin bisa dibilang Pilpres yang paling hebat dalam sejarah bangsa kita.

Disaat yang bersamaan, Demokrat justru tidak mau ambil bagian dalam pesta demokrasi yang membahana seantero negeri. Demokrat memilih sikap netral, tidak mau berpihak pada kubu Jokowi maupun Prabowo.

Begitu juga yang terjadi sidang pada perebutan kursi  pimpinan DPR, kader Demokrat justru memilih meninggalkan ruang sidang.

Apakah itu karena terkait masa lalunya dengan Prabowo dan Megawati? Banyak orang berpendapat seperti itu atau mengatakan, sikap Demokrat karena ingin cari aman, bermain dua kaki dan peragu.

Tapi saya melihat, keputusan SBY bukan hanya terkait dengan masa lalunya dengan PDIP (Megawati) atau dengan Gerindra (Prabowo) saja.  Keputusan tersebut adalah bagian dari taktik SBY, yaitu menunggu saat yang tepat untuk bisa menangguk keuntungan.

Saya pernah menulis: Gajah Berperang Melawan Gajah, Pelanduk...

“Dari situ, bisa dilihat kehebatan dan kecerdikan berpikir SBY, yang telah memutuskan, bahwa Partai Demokrat, tidak ingin ikut masuk kedalam kedua kubu. Jadi, sikap untuk tidak ikut salah satu kubu itu, bukanlah sikap ragu dari SBY atau bukan juga bersikap sebagai penengah, melainkan sikap dan pemikiran yang sangat cerdik dan lihay.”

Terbukti, taktik menunggu momentum yang tepat, sangat jitu untuk mengantar SBY ke kursi Presiden pada Pilpres 2004 lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline