Lihat ke Halaman Asli

Mike Reyssent

TERVERIFIKASI

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Polri Takut dan Malu BG Jadi Wakapolri dan Badrodin Jadi Boneka?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang saya yakin punya rasa takut atau kuatir, tapi kadarnya ada yang besar dan ada yang kecil. Ada juga yang punya rasa takut berlebihan, alias lebay, yang biasa disebut dengan phobia. Begitu juga dengan rasa berani, semua orang pasti punya keberanian. Ada yang punya keberanian besar dan ada juga yang hanya punya secuil keberanian saja.

Sebuah institusi penegak hukum negara yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk menegakkan keadilan dan memberantas kejahatan, seharusnya tidak mempunyai rasa takut atau kuatir yang berlebihan. Justru mereka yang bertugas di institusi itu seharusnya mempunyai keberanian yang jauh lebih besar daripada sebagian orang pada umumnya.

*****

Keputusan Presiden Jokowi untuk membatalkan pelantikan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Kapolri dan menggantinya dengan Komjen Badrodin Haiti, setidaknya bisa meredam polemik panjang yang sedang berkembang saat itu dan sedikit melegakan masyarakat banyak dan pegiat antikorupsi.

Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena setelah itu Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) Polri memutuskan Komjen Budi Gunawan untuk menjadi Wakapolri menggantikan Komjen Badrodin Haiti.

Ada beberapa keanehan dan kekonyolan pada proses pengangkatan Komjen Budi Gunawan menjadi Wakapolri.

Di antaranya pernyataan Kadiv Humas Polri Brigjen Pol Anton Charliyan yang sampai tadi malam -dalam acara ILC di tipi sebelah- tetap keukeuh menyatakan tidak tahu akan diangkatnya BG menjadi Wakapolri. Sedangkan Ketua Presidium IPW Neta S Pane sejak siang hari sudah tahu bahwa Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wajakti) Polri sudah menetapkan BG menjadi Wakapolri.

Kadiv Humas Polri Brigjen Anton Charliyan malah dengan nada mengejek mengatakan Ketua IPW Neta S. Pane, seharusnya menjadi Kadiv Humas Polri menggantikannya karena ternyata Neta S. Pane lebih dulu tau dibanding dengan Kadiv Humas.

Keanehan atau ketidaktahuan Anton Charliyan tidak hanya itu saja, karena ternyata Anton Charliyan juga menyatakan bahwa Wanjakti SEMUANYA SERBA RAHASIA.

Jadi menurut Anton Charliyan, tidak ada yang tahu siapa saja anggota Wanjakti, di mana dan kapan mereka mengadakan sidang. Padahal beberapa jam sebelumnya Komjen Budi Waseso mengatakan hal yang sangat berbeda.

Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso yang juga anggota Wanjakti mengatakan, satu nama calon Wakapolri itu ditelurkan dari hasil rapat Wanjakti yang digelar Jumat (14/4/2015).

Dalam forum itu hanya dua jenderal bintang dua yang tidak hadir, dan satu jenderal bintang tiga. Namun hal itu, kata Buwas, bukan kendala dalam penentuan calon Wakapolri.

"Itu kan yang tidak hadir Asops (Asisten Operasi) karena mengurus KAA, tapi kan bisa ditelepon, fisiknya saja yang tidak ada di forum," katanya.

Jenderal bintang tiga seperti Komjen Suhardi Alius yang kini bertugas menjadi Sestama Lemhannas, dan Kepala BNN Komjen Anang Iskandar tidak dilibatkan karena bukan anggota Wanjakti.

(http://news.detik.com/read/2015/04/21/184503/2894146/10/komjen-buwas-wanjakti-sudah-putuskan-1-nama-wakapolri-secara-aklamasi?n991104466)

Seperti yang pernah disampaikan Kadiv Humas yang terdahulu Irjen Ronny F Sompie bahwa tugas seorang Humas adalah "Pertama, seorang humas itu harus menyampaikan informasi kepada publik secara baik," kata Ronny dalam acara kuliah umum bertemakan 'Manajemen Kehumasan' di Kampus Ukrida, Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (12/10/2013).

Lalu yang kedua, Ronny menjelaskan untuk menjadi humas yang baik, seorang humas tidak hanya memberikan berbagai informasi tentang institusi atau lembaganya kepada masyarakat, namun juga harus memberikan informasi kepada anggota dan pegawai-pegawai internal lembaga atau institusinya.

"Yang ketiga, yaitu seorang humas harus dapat membangun dan menerima masukan-masukan dari eksternal lembaga atau institusinya serta membangun image lembaganya," tandas Ronny. (http://nasional.sindonews.com/read/793798/15/ini-3-fungsi-dan-tugas-humas-polri-1381564049)

Dan hal itu ditegaskan juga oleh Badrodin Haiti sewaktu melantik Brigjen Pol Anton Charliyan sebagai Kadiv Humas menggantikan Irjen Pol Ronny Sompie.

"Peran Humas Polri semakin hari semakin penting karena media punya kekuatan untuk bisa membentuk opini publik yang bisa menimbulkan persepsi masyarakat yang bisa membawa dampak positif atau negatif terhadap sesuatu."

Kebebasan pers itu sama dengan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar sangatlah mutlak dilakukan Divisi Humas Polri. Karena peran Humas sangat penting dalam membangun persepsi atau citra yang positif bagi Polri

Oleh karena itu di era sekarang peran humas sangat penting dalam satu organisasi termasuk bagi lembaga-lembaga pemerintah seperti Polri ini," sambungnya. (http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-pesan-wakapolri-untuk-3-kapolda-baru.html)

Sekarang, bagaimana mungkin sebagai Kadiv Humas -yang tugasnya menyampaikan atau memberi informasi dengan benar kepada masyarakat- justru Brigjen Anton Charliyan bisa dibilang sama sekali “Buta” informasi?

Tidak mungkin jika Brigjen Anton Charliyan tidak tahu dan tidak paham tugas Kadiv Humas yang sebenarnya. Dan tidak mungkin juga Brigjen Anton Charliyan benar-benar tidak tahu (buta) informasi yang sedang berkembang dalam tubuh Polri sendiri. Karena itu sudah menjadi tugas dan masalah ini ada dalam tubuh Polri sendiri.

Akan sangat berbahaya jika seorang Kadiv Humas tidak tahu apa yang sedang berkembang saat ini. Dan jika Kadiv Humas, sering kali tidak tahu atau mengatakan tidak tahu, bisa dibilang Brigjen Pol Anton Charliyan tidak bisa bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Seharusnya Kadiv Humas Brigjen Anton Charliyan punya cara atau kata-kata yang lebih baik dan bijak daripada bilang tidak tahu dan mengejek orang yang lebih tahu duluan.

*****

Seperti sebelumnya, polemik atau pro-kontra yang sangat ramai di media massa tentang pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri, berakibat dengan pembatalan.

Padahal, waktu itu jalan Komjen Pol Budi Gunawan menuju Kapolri, tinggal selangkah lagi, yaitu hanya tinggal pelantikan oleh Presiden Jokowi. Karena untuk calon Kapolri yang baru, Presiden Jokowi hanya memasukkan nama Komjen Pol Budi Gunawan seorang saja, begitu juga sewaktu fit dan profer test, DPR tanpa ba bi bu lagi, dengan cepat menyetujui secara aklamasi.

Pertanyaannya, kenapa justru Kadiv Humas Polri, Brigjen Anton Charliyan, sepertinya rela mempermalukan dirinya sendiri dengan mengatakan semua tidak tahu? Mengapa informasi sepenting itu disembunyikan oleh seorang Kadiv Humas Polri?

Jawabannya adalah TAKUT dan MALU!!!

Saya sangat yakin, jika seseorang yang sudah menjadi polisi, mempunyai keberanian yang lebih daripada umumnya. Terlebih lagi keberanian Bhayangkara Polri sudah sering teruji dan patut diacungi 4 jempol, karena Polri telah sangat sukses menghajar para teroris hingga cuma punya dua pilihan, menjadi penghuni hutan belantara atau menjadi penghuni alam baka.

Tapi mengapa Kadiv Humas Polri, Brigjen Anton Charliyan, lebih memilih untuk mempermalukan diri sendiri dan menyembunyikan informasi tentang bakal dilantiknya Komjen Budi Gunawan sebagai Wakapolri yang ketimbang memberikan informasi kepada masyarakat karena Anton Charliyan sangat TAKUT.

Anton Charliyan benar benar takut akan terjadi polemik yang menentang Komjen BG menjadi Wakapolri. Sehingga polemik itu, lagi lagi bisa berakibat dibatalkannya pelantikan BG menjadi Wakapolri untuk menggantikan Badrodin Haiti.

Seharusnya Kadiv Humas Polri berani menghadapi polemik yang berkembang di masyarakat jika memang benar, bukan malah terkesan sangat takut.

Dan ketakutan yang berlebihan atau Phobia dan rasa malu kembali ditunjukan oleh institusi Polri. Karena pelantikan Komjen Pol Budi Gunawan menjadi Wakapolri diadakan secara sembunyi atau ngumpet dari wartawan.

"Ini rahasia, ini memang mekanismenya. Ini kan internal rumah tangga Polri," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Anton Charliyan di Kompleks Mabes Polri, Rabu. (kompas.com)

Lagi-lagi Kadiv Humas Polri Brigjen Anton Charliyan mengatakan “RAHASIA” dan menegaskan bahwa semuanya adalah urusan internal Polri.

Itu yang saya anggap sama sekali tidak benar dan cermin dari rasa malu. Polri seharusnya akan dengan bangga mengumumkan calon dan pelantikan Wakapolrinya yang baru, bukan dengan ngumpet-ngumpet seperti itu. Karena dari situ akan banyak menimbulkan pertanyaan di antaranya...

*Apakah dengan begitu bisa diartikan bahwa masyarakat Indonesia tidak berhak tahu siapa orangnya yang menjadi Wakapolri?

*Lalu bagaimana dengan gaji dan tunjangannya? Berapa dan siapa yang membayar gaji Wakapolri nantinya? Apakah RAHASIA juga?

*Apakah Polri  sangat malu mempunyai Wakapolri yang saat ini masih tersangkut kasus korupsi?

*Bagaimana dengan kasus dugaan korupsi yang dituduhkan kepada Komjen Budi Gunawan dan kasusnya sudah dilimpahkan ke Polri?

*Apakah sudah dilakukan gelar perkaranya RAHASIA dan internal Polri? Apakah benar-benar BG sudah dinyatakan bersih namun secara RAHASIA? Kita semuatahu, dengan pelantikan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Wakapolri, tampaknya kasus itu sudah jelas akan ke mana akhirnya....

*Benarkah BG memang seorang perwira yang sangat layak, patut dan harus menjabat sebagai Wakapolri? Lalu mengapa Polri malu mengumumkan waktu dan tempat pelantikannya?

*Apakah pelantikannya secara sembunyi ini justru memang skenario dari BG?

Silahkan Kadiv Humas Polri menjawab semua pertanyaan tersebut secara gamblang dan terbuka lewat media tapi jangan secara RAHASIA di inbox saya.

Seperti kita tahu bahwa Komjen BG punya pengaruh yang sangat besar di tubuh Polri, (saya tulis beberapa waktu lalu : Inikah Penyebab Sutarman Diberhentikan dan Lepas dari Mulut Harimau Masuk ke Mulut Budi).

Komjen Budi Gunawan begitu berkuasa dan berpengaruh di Polri sehingga membuat banyak perwira tinggi Polri berani membangkang kepada Kapolri jenderal Sutarman (waktu itu) dan Komjen Pol Budi Gunawan juga begitu berani tidak memenuhi permintaan atau dengan kata lain membantah Presiden Jokowi untuk mundur sebagai calon Kapolri. Padahal waktu itu Komjen BG belum menjabat apa-apa!!!

Sekarang, BG sudah menjadi Wakapolri, dengan kekuatan pengaruhnya yang begitu besar, bisa jadi Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti hanya menjadi bonekanya saja, sedangkan pengambilan keputusan sesungguh berada di tangan Budi Gunawan.

Catatan :

***Mengapa Komjen Budi Gunawan begitu bernafsu ingin mengejar jabatan? Padahal seharusnya dengan harta yang sudah sangat berlimpah dan jabatannya yang sekarang, BG bisa 4 D (Duduk Diam Dapet Duit). Saya yakin Komjen Budi Gunawan begitu bernafsu bukan hanya karena ingin membersihkan namanya dan menghilangkan statusnya sebagai tersangka saja, tapi ada skenario yang jauh lebih besar dari itu...

***Dari kasus BG ini setidaknya kita berterima kasih karena Polri berani mengungkap kasus peredaran narkoba yang sudah dilakukan terpidana mati Freddy Budiman. Karena seperti biasanya jika ada petinggi Polri yang akan/baru naik jabatan, pasti ada kasus besar yang dibongkar.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline