Dibawah ini, adalah tabel perolehan kursi DPR setelah Pileg 2014, dan posisi partai sewaktu kampanye Pilpres 2014. Saya membagi dalam 3 kubu, berikut jumlah perolehan kursi di parlemen nantinya, seperti yang terlihat dalam gambar, yaitu "kubu Jokowi-JK", "kubu Prabowo-Hatta" dan "kubu ???" (karena kubu ini tidak berpihak kemana mana jadi saya tulis kubu ???)
[caption id="attachment_360606" align="aligncenter" width="600" caption="Komposisi DPR Sewaktu Kampanye Pilpres"][/caption]
PAN Linglung.....
Karena tahu bakal kalah dalam penghitungan suara di KPU, kubu Prabowo melakukan aksi WO, dan pada saat aksi itu, Hatta Rajasa tidak berada bersama pasangannya dalam pilpres, yaitu Prabowo. Setelah itu, dalam beberapa hari, Hatta Rajasa tidak nampak batang hidungnya alias menghilang.
Entah bersembuyi atau semedhi dimana, padahal awak media sudah berusaha mencarinya, tapi tidak ketemu juga. Lalu, tiba tiba, pada tanggal 1 September 2014, Hatta Rajasa dengan tidak disangka sangka, mengadakan pertemuan dengan Jokowi di kediaman Surya Paloh. (Jangan bilang ketemunya ga sengaja ya....Hehehehe...)
Walaupun dalam beberapa hari terakhir ini, Mahapati Halayudha*** masih tetap berkoar koar di media, menjelekkan Jokowi, tapi bisa disimpulkan, pasca kekalahan di pilpres lalu, PAN kelihatan mulai linglung . Langkah PAN semakin limbung, setelah Partai Demokrat, tidak mendukung RUU Pilkada tidak langsung, yang diusung oleh kubu Prabowo.
Dalam hal ini, SBY tampaknya bisa melihat dengan jelas, bahwa RUU Pilkada tidak langsung , hanyalah sebagai aksi balas dendam dari kubu Prabowo semata. Jadi, di tengah kelinglungannya itu, PAN mungkin akan bersandar atau mengekor Partai Demokrat. (Jadi klop dan keliatan kompak kalau besan besanan bergabung lagi kan?)
(***Mahapati adalah nama seorang tokoh penghasut dalam sejarah awal Kerajaan Majapahit. Namanya disebut dalam Pararaton sebagai pemegang jabatan rakryan patih sejak tahun 1316. Kelicikan Mahapati dianggap sebagai penyebab kematian para pahlawan pendiri Majapahit, misalnya Ranggalawe, Lembu Sora, dan Nambi . Mahapati sendiri akhirnya dihukum mati setelah pemberontakan Ra Kuti tahun 1319)
PPP yang Bingung jadi Kisruh.....
Sebelum pilpres berlangsung, PPP pernah mengalami kisruh, saat kisruh pertama itu, telah terjadi aksi saling pecat memecat satu sama lainnya. Wakil Ketua Umum PPP, Emron Pangkapi memecat Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali, begitu juga SDA, balik memecat Emron Pangkapi. Kisruh pertama itu, berakhir setelah dilakukan islah.
Pasca pilpres, dengan kekalahan kubu Prabowo-Hatta yang notabene didukung oleh SDA, kisruh di internal PPP ini, terjadi lagi. Tanggal 10 September 2014, Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali, yang sudah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi dana penyelenggaraan haji 2012-2014, dilengserkan lagi oleh Wakil Ketua Umumnya yaitu Emron Pangkapi.
Kisruh di PPP, sebenarnya bukan hanya, karena SDA menjadi tersangka kasus korupsi saja, tapi bisa dibilang karena beda pendapat tentang dukungan capres, yang mana sejak masa kampanye pileg, SDA sudah ngotot ingin mendukung Prabowo menjadi presiden, bahkan SDA ikut kampanye di Partai Gerindra, dan Emron Pangkapi yang berniat mendukung Jokowi menjadi presiden. Mungkin, jika saja Prabowo-Hatta memenangkan pilpres 2014, kisruh di PPP ini tidak akan berlanjut.