Lihat ke Halaman Asli

ichsan mikail

Full time blogger

Lars and The Real Girl

Diperbarui: 19 Oktober 2022   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: flickr

Lars (Ryan Gosling) menetap sendirian di sebuah rumah semenjak ibunya wafat. Dia dan saudara laki-lakinya yang sudah menikah bertetangga. Kesepian dan mungkin menjomblo terlalu lama dapat mempengaruhi jalan pikiran seseorang.

Semula permasalahan yang dialami Lars hanyalah rekan kerja yang buruk dan iklan-iklan intrusive di internet sampai dia mengambil keputusan membeli sebuah boneka (seperti manekin) orang dewasa. Dalam artian, dia berusaha menjalin hubungan delusional dengan seseorang atau sesuatu -sesuai harapan masyarakat- yang tidak terlalu riskan.

Dengan kata lain, kedekatan yang tidak berpotensi menyakiti perasaan diri, sebagaimana ikatan antara ibu dan anak, ataupun kebiasaan umum orang punya hewan peliharaan. Namun, tulisan ini tidak bermaksud mengulik pribadi Lars lebih jauh.

Kepribadian seseorang mendapat dukungan kompak atau pertentangan luas dari komunitas domisilinya bisa sangat kasuistis, bergantung keyakinan individual dan tradisi warga sekitar.

Film LATRG menggambarkan anggota-anggota gereja setempat toleran dan ikut berpura-pura atas 'kelainan' pacar Lars sampai merayakan pernikahan di gereja segala -boneka juga manusia. Sekilas dua kilas mimik Ryan dalam hal ini si Lars di film itu menyiratkan ambivalensi.

Di satu sisi dia tampak meyakinkan dengan gangguan jiwa, bahwa dia gila. Di sisi lain, raut wajahnya mencurigakan ; jangan-jangan dia mempermainkan semua orang sejak awal.

Pornografi

Pornografi, pornoaksi, perzinahan hingga pelacuran (illegal atau yang dilegalkan) telah lama menjadi fenomena dan rahasia umum peradaban. Selalu ada dan hanya dilupakan saat manusia berperang dan kembali di waktu rehat peperangan. Dewasa ini, di internetlah marak penyedia utama konten porno. LATRG mengetengahkan sejauh mana orientasi seksual 'menyeleweng' oleh tunasosial, ekses interaksi orang di dunia maya.

Apa efek di kehidupan offline? Bercampur baur termasuk pacaran di kalangan remaja sungguh belum merupakan kekhawatiran otoritas institusi pendidikan dan orang tua / wali, tapi materi dan tayangan sensual menyebabkan pergaulan biasa beresiko karena mereka telah terpapar gambaran-sebelumnya. Keterkejutan masyarakat terhadap bunting akibat seks pranikah menjadi lumrah sehingga misalnya tidak masalah meninggalkan pasangan sejoli berduaan di pekuburan.

Peredaran konten pornografi biasanya awal dari pelanggaran di tingkat khalwat dan seterusnya sebagaimana narkoba dan minuman beralkohol (khamr) akar/induk kejahatan yang mengantar kepada kehilangan kesadaran. Sebagai materi paling basic, menalar pornografi cukup dengan premis sederhana : melihat aurat lawan jenis bagian dari persetubuhan. Begitu anda punya akses dan tidak sulit mengontrol frekuensi 'berkunjung', materi gambar audio visual tidak diperlukan, kecuali mungkin di semesta kesenian. Salah satu keanekaragaman kebudayaan manusia adanya kebutuhan menghayati seni di lingkungan dan rutinitas banal. Lewat kontribusi silang, anda dapat menemukan beberapa faktor pemicu kekaryaan dan kekayaan pikiran. Terjadi akumulasi pengaruh merebaknya pornografi/pornoaksi bersama penggunaan narkoba dan miras yang mendorong kreativitas free sex. Misalkan euforia dan mabuk-mabukan sehabis nonton konser dibawa tidur sekamar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline