Keamanan di Indonesia semakin menyedihkan
Polisi dengan mudahnya di tembak mati di muka umum
Terdakwa koruptor dengan seenaknya berkeliaran
Dan sekarang emas usia 1000 tahun dicuri di depan mata
Sungguh miris bangsa ini, semua yang berharga begitu mudah hilang.
Dari nyawa aparat keamanan hingga benda peninggalan bersejarah.
Padahal bangsa besar adalah bangsa yang menghargai sejarah.
Ketika saya membaca koran hari ini, hati saya semakin sedih
Bayangkan keamanan museum nasional sungguh di pandang sebelah mata.
Emas-emas yang berada di lantai 2 gedung A tersebut, hanya dijaga oleh seorang satpam.
Memang ada CCTV, namun ternyata rusak atau dirusak, tidak seorang pun yang tahu.
Sekedar informasi, museum nasional yang lebih dikenal dengan museum gajah ini terletak di jalan merdeka barat, Jakarta atau sebarisan dengan kantor Dephankam, Dephub, dan tidak jauh dari Istana atau kantor presiden.
Artinya lokasi Museum yang banyak menyimpan benda bersejarah ini sudah sepatutnya aman.
Tapi pencuri tersebut dengan mudahnya mengambil emas-emas tersebut dari lemari pajang.
Artefak Indonesia memang banyak menjadi incaran
Bayangkan untuk sebuah batok kepala Homo Erectus Sangiran dibandrol Rp6 miliar di balai lelang internasional (Kompas, 13 September 2013).
Tak heran jika banyak pencuri berkaliber internasional mengincar Indonesia.
Pencurian ini bukanlah pertamakalinya.
Koleksi emas miliki museum Sonobudoyo, Yogyakarta hilang (2010).
Wayang kuno hingga keraton Kasepuhan Cirebon yang kehilangan mata tombak kuno berlapis emas.
Dan sekarang yang dicuri adalah benda bersejarah yang hilang dari museum nasional.
Emas tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke-10 hingga abad ke-11 Masehi.
Berikut deskripsi ke-empat emas yang hilang tersebut:
1. Lempengan emas berbentuk naga. Panjangnya 5,6 sentimeter dengan lebar 5 sentimeter.
2. Lempengan bulan sabit dari emas dan di kedua ujungnya ada empat buah ukiran segitiga lancip. Segitiga ini seakan membentuk cakar. Panjangnya 8 sentimeter dengan lebar 5,5 sentimeter.
3. Dandang kecil dengan tutupnya, cepuk ini terbuat dari emas dengan teknik pukul, pembengkokan, dan patri. Permukaannya tidak rata tapi kokoh dan tegak. Ada ukiran yang sudah tipis. Dasarnya agak cembung dengan bibir cepuk tajam dan menghadap ke atas. Tutupnya memiliki pegangan seperti stupa dan berongga. Diameternya 6,5 sentimeter dengan tinggi 6,5 sentimeter.
4. Relief Harihara yang sedang berdiri di atas teratai ganda. Hirahara digambarkan berkucir ke atas dengan hiasan bunga mekar. Panjang 10,5 sentimeter dan lebar 5,5 sentimeter, lempengan ini dibuat dari campuran perak dan emas.
*dariberbagaisumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H