Lihat ke Halaman Asli

Pengambilan Plasma Nutfah, Pembajakan Biologis?

Diperbarui: 24 Agustus 2019   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di dunia modern yang berkembang terus-menerus ini, kebutuhan manusia di seluruh dunia juga berkembang dan meningkat. Karenanya, setiap negara berlomba-lomba mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki untuk mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki, sehingga mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya, dan juga dapat bersaing di pasar global dengan negara-negara lain. 

Salah satu komoditas yang dapat dikembangkan secara tak terbatas antara lain sumber daya alam hayati atau biotik seperti hewan dan tumbuhan. Sumber daya alam hayati tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi seperti makanan, minuman, pakaian, bahan bangunan, hingga obat-obatan.

Namun, tidak ada negara di dunia yang memiliki kondisi geografis sama, sehingga persebaran sumber daya berbeda untuk setiap negara. Hal ini menyebabkan negara-negara terutama yang sudah maju mencari cara memiliki berbagai macam tanaman bermanfaat untuk dapat dikembangkan di negaranya masing-masing. 

Untuk mempermudah usaha-usaha yang dilakukan, perlu digunakan teknologi, misalnya teknologi kultur jaringan, yaitu teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman untuk kemudian ditumbuhkan dalam media khusus dan dengan perawatan khusus sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak dan meregenerasi diri menjadi tanaman lengkap (Irnaningtyas, 2017) 

Keuntungan utama teknik kultur jaringan yaitu tanaman dewasa dapat dihasilkan dengan cepat dan berjumlah banyak, dan memiliki sifat identik dengan induknya, sehingga akan sangat menguntungkan jika sudah ada bibit atau varietas tanaman unggul yang ingin diperbanyak.

Salah satu sumber informasi genetik yang dapat digunakan untuk melakukan kultur jaringan adalah plasma nutfah, yang merupakan sumber informasi genetik hidup seperti biji atau bagian lainnya dari suatu jenis tanaman yang dapat disimpan dalam jangka waktu panjang dan dapat ditumbuhkan kembali di masa depan jika dibutuhkan (Saurabh Bhatia, 2015).

Karena dalam melakukan kultur jaringan yang efektif tersebut dibutuhkan plasma nutfah dari suatu jenis atau varietas tanaman, maka pihak yang ingin melakukan kultur jaringan terhadap suatu jenis tanaman ini perlu memiliki plasma nutfah dari tanaman tersebut. Pihak yang sering kali membutuhkan plasma nutfah ini adalah negara-negara maju yang sudah memiliki teknologi yang memadai untuk melakukan budidaya, namun tidak memiliki bibit tanaman-tanaman tertentu yang bernilai ekonomis tinggi. 

Tanaman-tanaman yang penting untuk dibudidayakan seringkali berasal dari negara-negara berkembang. Sebagai contoh, jagung yang merupakan tanaman yang paling banyak dihasilkan di dunia yaitu sejumlah 822.712.527 ton pada tahun 2008 (businessinsider.com) pertama kali dibudidayakan di Meksiko selatan sekitar 9000 tahun lalu (Matsuoka dkk. , 2002). 

Sebelum diambil bibitnya dan dibudidayakan oleh bangsa Spanyol di negaranya setelah penemuan Meksiko tahun 1492. Pada zaman sekarang, pengambilan plasma nutfah berupa biji atau bagian tumbuhan lain ini masih banyak dilakukan oleh negara-negara maju dan disimpan di bank benih (genebank).

Pertanyaannya, apakah pengambilan plasma nutfah oleh negara-negara maju ini menjadi  pembajakan biologis yang merugikan negara-negara yang gen asli tanamannya diambil? Hal ini merupakan pertanyaan yang sering dikemukakan oleh pengkritisi pengambilan plasma nutfah antarnegara. 

Argumen yang sering dikemukakan adalah bahwa pengambilan yang dilakukan oleh negara maju dapat menghambat perkembangan di negara asal gen asli tersebut dan sebaiknya pengambilan plasma nutfah antarnegara hanya dilakukan jika ada perjanjian resmi bilateral atau multilateral sehingga negara yang gen aslinya diambil mendapat timbal balik yang konkrit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline