Film kucumbu tubuh indahku merupakan salah satu film yang membanggakan Indonesia. Setelah kemunculan film ini di berbagai negara banyak media yang memberitakan mengenai asal-usul film kucumbu tubuh indahku yang disutradarai oleh Garin Nugroho.
Genre film ini adalah drama. banyak orang yang menafsirkan bahwa film ini merupakan salah satu film promosi LGBT tapi dalam liputan media CNN disanggah dan dibenarkan bahwa film ini bukan salah satu film yang tujuannya untuk mempromosikan LGBT.
Implikasi sosial yang dapat dilihat dari film ini ada beberapa. Film ini memiliki implikasi terhadap keberadaan masyarakat yang yang memiliki pengalaman yang sama walaupun tidak semua scene dalam film seperti kekerasan saat masih kecil, perasaan memiliki tubuh laki-laki namun mayoritas jiwa feminim, dan penolakan terhadap kaum yang berbeda ada oleh tokoh masyarakat. Film ini ini dapat menjadi refleksi untuk para penonton untuk lebih mendalami keadaan sosial yang yang sedang terjadi di di sekeliling dan mungkin tidak pernah diangkat oleh media maupun siapapun.
Inspirasi film ini berasal dari pengalaman hidup Rianto, seorang penari profesional yang saat ini sudah memiliki studio tari di Jepang. Film ini diperankan oleh Muhammad Khan, Sujiwo Tejo, Teuku Rifnu Wikana, Randy Pangalila, dan Endah Laras.
Persiapan pembuatan film memakan waktu dua bulan, pengambilan gambar berlangsung selama dua minggu, dan pascaproduksi memakan waktu dua bulan. Ifa Isfansyah, produser dari film ini menuturkan sebelumnya ada 10 pilihan judul dalam bahasa Inggris---termasuk Through the Hole---hingga mengerucut menjadi satu yaitu Memories of My Body.
Di Indonesia, Kucumbu Tubuh Indahku pertama kali ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2018 pada 13 Desember 2018.
Saat Jono masih kecil dia pernah di bully oleh teman-temannya karena memiliki tubuh yang gemulai seperti perempuan. Namun Jono saat itu tidak terlalu banyak berbicara atau menanggapi ejekan tersebut. Pengalamannya yang pahit yaitu ditinggalkan oleh kedua orang tuanya menajamkan keahliannya dan kemampuannya untuk hidup dengan kepribadian yang unik. Sejak kecil Juno sudah melihat kekerasan yang sangat kejam dan itu dilakukan oleh pelatih tari di salah satu sanggar tari Lengger.
Sangat dapat dilihat bahwa dari kejadian tersebut Juno sudah mengalami kekerasan psikis.
Seiring berjalannya waktu Juno bertumbuh menjadi di tubuh yang dewasa. Dinamika hidupnya sangat menarik ditambah pertemuan dengan orang-orang penting dikala itu.
Tidak mudah untuk Juno bertahan dengan kepribadian nya saat ini ini dalam lingkungan yang notabennya kurang bisa menerima keadaan Juno. Di dalam film banyak sekali kejadian-kejadian yang saat Juno bercengkrama dengan dirinya sendiri, dengan tubuhnya sendiri.
Sisi psikoanalisis dari film ini bahwa konflik internal yang dialami oleh Juno dalam perkembangannya untuk menentukan jati diri.