Lihat ke Halaman Asli

"Mata Air Mata Itu..."

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="290" caption="Ilustrasi: http://lakonhidup.wordpress.com"][/caption] Angin semakin keras kejayaan matahari semakin memuncak menembus dimensi disini fatamorgana sering bermain dalam mata-mata rindu inikah 2012-nya Mamah Laurent? Wallahu alam. Ini ujian, sodara-sodara. Aku hampir lupa bagaimana cara anak-anak menikmatimu dengan gelitik tawa riang, engkau basuh luka diantara mereka menyambutmu dengan hangat. meski genangan yang nyata, engkau adalah percikan dingin dari evaporasi lebih dingin dari cahayanya. Aku hampir lupa melihat rumput tetangga yang hijau lebat dan lebih hijau dari rumpu dirumah, seperti dulu Hanya dedaunan kering yang sering kusapu setiap sore dihalaman rumah dengan tiupan angin yang membuyarkan imajinasi. Aku hampir lupa tentang fenomena gadis-gadis yang mencuci pakaian dan mandi di sungai bersama teman sebaya, berbagi cerita, berbagi kasih, suka dan duka Bahkan peristiwa selendang salah satu bidadari yang diambil Jaka Tarub menjadi sulit dipercaya Walau nyata  mereka terselip dalam maya sementara, mungkin. Sayang, apakah ini merupakan pemandangan mahal yang tak bisa kujumpai lagi? raut wajah riang anak-anak tak lagi kudengar bersamamu mirisnya menyaksikan tetumbuhan menjerit kehausan hilangkah deras air sungai yang mulai ditinggalkan para gadis desa. dimana lagi akan kutemukan ahh.. aku terlalu banyak mengeluh menginginkanmu Ini bukan bencana baru yang dialami oleh makhluk hidup, zaman para nabi pun mengalaminya selama bertahun-tahun bahkan beresiko mengalami kelaparan. Tapi, mereka tetap tabah,

----------------- 17 September 2012 Ummie S. Wahiuney



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline