Lihat ke Halaman Asli

"Aku Terbelenggu di Kolammu, Bapak"

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="ilustrasi"][/caption]

“Aku Terbelenggu di Kolammu, Bapak”

oleh: Ummie S. Wahiuney

Siapa yang memperdulikanku kecuali, Bapak Ajalku seperti dipertaruhkan dimusim Apa bedanya aku dengan kupu-kupu? Akan mati menunggu waktu. Aku adalah rawatanmu, Bapak Menangis pun rasanya tiada guna Air mataku tertukar alamku Tangisku rapuh jika aku sejenismu. Aku adalah ikan di kolammu, Bapak Jika tiba waktuku, maaf aku meninggalkanmu Meninggalkan dunia yang semakin mengutukku Meninggalkan kawan seperjuanganku, selamat tinggal semuanya. Aku adalah sebujur bangkai dikolammu, Bapak. Yang tak sanggup bertahan sendiri dalam desakan. Terkaanku, kau akan bahagia menghidangkanku dimeja makan, Atau kau akan menyayangkan kematianku. Hingga waktunya, kutitipkan  ragaku ditanganmu Tugasku selesai ketika tubuhku tercabik-cabik. Tasikmalaya, 5 September 2012

(*) Lanjutan dari Puisi yang berjudul "Kau Air Mata yang Kurindu".
Dan sekarang saya beranjak ke kolam ikan milik Bapakku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline