Lihat ke Halaman Asli

"Bahumu Miring Karena Aku"

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pergi sejenak dan tertahan dalam kodrat

Mengeringlah kulit-kulit yang menua

Seiring mengusik dan membakar pori-pori

Ditangan laut, aku direnggut matahari

Temukan aku dan sedikit butiran dari sisa tubuhku!

Hingga otot-otot kekarmu mulai melemah, Pak

Langkahmu masih Ikhlas demi si kecil dirumah

Kau seolah petarung dalam sebuah peperangan

bukan dengan panah-panah pendekar dikebanyakan

bukan pula dengan bambu runcing sebagai alat perjuangan

hanya tiang jemuran dibelakang sebagai penopang cangkangku.

Sabarlah, Pak!

Siti Hajar pun lebih dulu mengalaminya

Ia berlari-lari dari Safa ke Marwah untuk si kecil Ismail

Demi menjaga buah hati dan amanah-Nya

Hingga Allah menciptakan sumber kehidupan di kaki Ismail.

Akukah yang kau idamkan, Pak? seperti zam-zam milik Ismal?

bersediialah menungguku sampai Induk-indukku dipersatukkan angin,

dan ketika matahari yang cantik bersedia menjadi bidan,

atau kesediaan suster penjaga malam yang akan mengiringiku,

dinasnya,  mengembalikan zatku yang utuh.

“Aku lahir kembali, Pak. Aku siap merehat bahumu yang mulai condong,”

-------------------------------------------------------------

Tasikmalaya, 7 September 2012

Ummie S. Wahiuney


(*) Kelanjutan dari Puisi yang berjudul Kau Air Mata yang Kurindu,“Aku Terbelenggu di Kolammu, Bapak” dan“Aku Bertanya pada Langit Tua Tak Ada Jawabnya”..

------------------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline