banyak yang mempertanyakan kenapa aku berhenti begitu lama. lalu akan ku jawab, aku takut melangkah. aku takut pada masa depan yang menghadangku. aku takut pada masa-masa yang akan ku lalui. aku takut pada dewasa. aku takut harus menemui banyak realita. dan aku membayangkan sebuah dunia tanpa masa, dimana aku tetap dibuai dalam jernih pikirku. dimana aku tetap berlari ke sana-kemari.dimana peter pan berbahagia dengan perinya. di masa aku bermain-main dalam anganku bersama charles dicken, jules verne, brother grimm, dan segala yang melenakanku.
aku dewasa yang ingin tetap menjadi anak-anak. tapi ternyata usia itu tak berhenti.semakin lama aku akan menua. semakin lama, aku tersadar, bahwa kini saatnya aku yang harus membuat cerita bagi generasi muda. berbagi cerita dan pengalaman sederhana. pengalaman tentang cinta, persahabatan, hidup, perjuangan. saatnya mereka yang melanjutkan.
saat aku letih dan mencari kemana hidup akan membawaku. dan ternyata saat itu aku dihadapkan pada pilihan-pilihan. pada pengingkaran. pada peyakinan, bahwa aku berbeda. aku tak sama dengan mereka. tak sama dengan sahabatku. tak sama dengan saudaraku... aku tak pintar bicara, walau aku banyak bicara. aku tak pintar berdebat, dan ternyata aku pintar merayu. aku tak dapat menulis secara jurnalis, tapi tulisanku cenderung naratif. aku tak pandai menganalisa, tapi aku menggunakan rasa. ahhhh...ternyata aku memang berbeda. dan sekarang aku mesti menunjukan perbedaan itu. bukan untuk siap-siapa, tapi bagiku sendiri...agar aku menjadi diriku sendiri...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H