Lihat ke Halaman Asli

Miftakhul Huda

Universitas Islam Malang

Naturalisme, Sudah Relevan Kah?

Diperbarui: 25 November 2022   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Coba kita kembalikan waktu kita ke beberapa menit yang lalu, ketika kita mendapatkan satu materi baru yang diberikan dan di bebankan di otak kita bahasanya, apakah kita berpikir bahwa kita akan mempelajari tentang sesuatu? A new knowledge maybe? 

No, there is only a competititon, hanya persaingan yang timbul saat itu. Dimana kita berlomba mencari satu materi pembelajaran yang ada, hanya ada tekanan. 

Lalu, mau sampai kapan kita seperti ini? Apa yang akan terjadi jika kita terus menerapkan sistem pendidikan atau belajar seperti ini? Oke lah, singa bisa berdiri atau bahkan berlari hanya karena singa itu takut untuk dicambuk. Kita bisa menilai bersama bahwasanya singa itu bisa kita sebut sebagai singa yang terlatih, bukan terdidik.

"Ini kelas bahasa Inggris, bukan kelas filosofi". But exactly, antum semua tentunya lebih paham dan mengerti daripada saya. Saya hanya ingin berusaha mengatakan dan mengajarkan kepada anda mengenai bagaimana cara mengajar. Bahwa saya tidak akan meninggalkan anak didik saya yang lemah.

Tentu saja kita dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam hidup di instansi pembelajaran, (belum lagi soal itu) prinsip belajar, learning strategies, belum lagi kita dihadapkan dengan tantangan dan ancaman masa depan (dunia kerja misalnya), yang katanya diprediksi akan menjadi faktor, Dan lain sebagainya.

Menjadi aktivis ataupun akademisi itu pilihan setiap individu, akan tetapi mungkinkah itu akan menjadi kebutuhan? Yang jelas menjadi itu semua bukan hanya soal menambah wawasan secara akademik maupun non akademik, Namun juga bisa menjalin dialektika. For example, menambah jaringan, circle, yang positif tentunya. 

Dengan membangun dialektika belajar seperti itu, maka semangat belajar ataupun perkembangan kita tidak hanya dibentuk secara ceremonial, kepentingan pribadi ataupun golongan, terjebak dengan wilayah, atau hanya sekedar gugur tugas dan kewajiban. 

Pendekatan secara emosional, leader mentoring, juga menjadi hal penting guna membangun dan mencapai tujuan dalam pembentukan karakter individu pelajar yang Ulil Albab, sebagaimana cita cita stakeholder ataupun founding father kita.

Yang terpenting adalah sinergitas, makna semangat yang bisa dibangun secara masif, bermanfaat untuk sesama, lingkungan sekitar, dan lainnya.

Hidup sistem pendidikan nasional...!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline