Lihat ke Halaman Asli

Miftakhuddin

Profil pribadi

Pengamen "antara penghibur dan pengganggu"

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

penulis hanya mahasiswa dari salah satu Universitas Negeri di Jawa Timur yang ingin menulis artikel ini sebagai buah pikiran penulis melihat berbagai fenomena di lingkungan sekitar. pengamen adalah fenomena sosial yang memang tidak bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat. ada berbaagi jenis tipe pengamen berdasarkan apa yang disajikan, tempat ngemennya, dan cara  mengamennya. berbagai tipe pengamen ini dilatar belakangi anak putus sekolah, anak muda yang iseng iseng mencari uang tambahan dari ngaman, bhakan orang orang yang memang sengaja menjadikan ngamen sebagai mata pencahariaanya.

Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogja, Malang, Bandung, bahkan Jember dan kota kota kecil pasti dijumpai orang orang yang menyajikan talentanya yang mereka anggap sebagai talenta di bidang hiburan (menyanyi).

mari kita pelajari fenomena ini dalam 2 cakupan wilayah :

1. kota besar

pengamen yang ada di kota besar / metropolitan seperti Jakarta biasanya pengamen berkecimpung di bis kota dan tarik suara di bis kota untuk menghibur penumpang dengan harapan dapat mendapat uang receh dari penumpang yang mendengarkan atau merasa terhibur dari apa yang disajikan oleh pengamen tersebut. nah, yang menjadi persoalan adalah ketika penumpang tidak merasa terhibur malah sama pengamennya tetep dihadapkan dengan kantong plastik tempat menaruh uang hasil ngamennya. disinilah mulai jelas pertanyaan, "pengamen itu penghibur atau pengganggu?". pada saat pengamen benar benar memiliki talenta untuk menghibur (tarik suara yang memang berkualitas) maka penumpang pun merasa terhibur dan pengamen pantas disebut sebagai penghibur, namun ketika penumpang merasa risih dengan hadirnya pengamen, apalagi nyanyi gak enak didengar maka penumpang pun tidak terhibur dan pengamen hanya berperan sebagai pengganggu. sebenarnya baik dalam bus maupun pengamen yang hanya nyanyi / mangkal di spot tertentu seperti yang ada di jalan Malioboro Jogjakarta, sama saja, berpotensi sebagai pengganggu meskipun niat mereka adalah menghibur dengan harapan uang receh, dikatakan sebagai pengganggu karena lokasi ngamen mereka biasanya di jalan raya tempat orang lain berlalu lintas. hanya saja saya secara pribadi memberi nilai plus untuk pengamen yang mangkal di spot tertentu karena pengunjung yang datang kepada mereka bersifat sukarela dan merasa terhibur atas musik yang disajikan kepada khalayak umum. jadi mereka lebih pantas disebut sebagai penghibur daripada pengganggu. coba bandingkan dengan pengamen yang berpindah pindah tempat dari warung ke warung untuk mengamen kepada pengunjung warung warung lesehan. mereka datang dan menyanyi tak menghiraukan kalau yang didatangi sedang makan. ketika makan tiba tiba ada yang datang tak diundang dan menyanyi, yang lebih parah lagi terkadang pengamennya bencong, bukankah itu mengganggu orang yang sedang makan? biasanya fenomena semacam ini ditemui diarea ramai anak muda nongkrong (area kampus).

jadi menurut saya, pengamen yang dikatakan sebagai penghibur itu ketika dia mengamen ditempat tertentu saja (tidak nomaden) dan mendapat perhatian cukup banyak orang, yang merupakan indikator bahwa kedatangan orang untuk melihatnya beraksi merupakan bukti rasa keterhiburannya, sehingga orang yang datang benar benar sukarela memberikan uang recehnya.

2. kota kecil / desa

pengamen di kota kota kecil atau desa biasanya melakukan aksinya dengan berjalan door to door (dari rumah ke rumah). sering kali pengamen tipe ini berupa anak muda yang kurang kerjaan, iseng, dan putus sekolah. pengamen ini sepertinya lebih patut disebut sebagai pengganggu, karena melihat respon dari masyarakat yang tidak berkenan ketika ada pengamen yang mampir kerumahnya. entah karena merasa risih, karena merasa tidak ikhlas memberikan recehnya kepada pengamen, sampai sampai penulis sering melihat di jendela jendela rumah masyarakat sebuah tulisan "NGAMEN GRATIS". nah, hal ini merupakan indikator bahwa kehadiran pengamen di rumah mereka adalah pengganggu. Namun juga tidak jarang malah ada warga yang ketika didatangi pengamen malah merasa senang dan sehingga berikan recehnya pun dengan ikhlas dan bahkan tetangga penulis pernah didatangi pengamen malah request lagu ke pengamen, inilah yang disebut pengamen sebagai penghibur. pada saat pengamen sebagai penghibur ini sering kali diikuti oleh anak anak kecil yang ada diarea kampung, mereka mengikuti perpindahan pengamen ini sampai ke beberapa tempat. sedangkan pengamen dikatakan pengganggu jika pemilik rumah merasa risih atas kehadiran pengamen. dan untuk pemilik rumah yang sampai menulis "NGAMEN GRATIS" merupakn bentuk kekecewaan pemilik rumah yang terlalu sering kedatangan pengamen dan terganggu, hingga akhirnya dia menutup mata atas eksistensi pengamen yang sebenarnya pengamen juga memiliki sisi positif untuk menghiburnya.

salam, Miftakhuddin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline