Lihat ke Halaman Asli

Mifta Khalimmatus

Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Perjalanan Menuju Kesetaraan: Mengungkap Realitas Gender Sosial di Era Modern

Diperbarui: 26 Februari 2024   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mengutip dari salah satu artikel penelitian, Kesetaraan gender adalah kondisi dimana perempuan dan laki-laki dapat memiliki kondisi dan status yang sama untuk memenuhi hak asasi manusia bagi pembangunan di dalam segala bidang (Putra, 2018:92). Dalam dunia pendidikan  dapat kita lihat dimana banyak memberlakukan pembelajaran gender dan menghilangkan perbedaan pada setiap peserta didik dalam hal gender. 

Tidak hanya itu, kesetaraan gender juga diberlakukan di kalangan staf dan pimpinan sekolah agar terhindar terjadinya kekerasan dan diskriminasi melalui proses pembelajaran. Pada kenyataan di lapangan masih ada beberapa kejadian yang mengandung ketidaksetaraan gender.  

Contoh salah satunya pada pembagian tugas upacara yang cenderung lebih mengutamakan peran laki-laki dan anak perempuan hanya sebagai pengibar bendera namun terkadang pengibar benderapun juga dilakukan oleh anak laki-laki. Pada pemilihan ketua kelas juga masuk kategori ketidaksetaraan gender karena sebagian besar yang menjadi ketua kelas adalah anak laki-laki. Di mana anak laki-laki dianggap bisa dipercaya padahal di zaman contemporaryday ini perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin.

Di Negara Indonesia ini kita dihadapkan dengan masyarakat yang beragam dalam berpendapat. Dimana banyak tantangan terkait kesetaraan gender seperti : ketimpangan akses, representasi, dan pemberdayaan masih menjadi isu yang perlu ditangani secara serius di era modern ini. Namun di era modern ini tidak sedikit orang yang memperhatikan hal ini, khususnya orang awam yang tidak paham akan hal ini menganggap suatu hal yang tidak perlu dibahas. 

Representasi perempuan dalam dunia kerja, Ketimpangan gender masih terlihat jelas di bidang pekerjaan, terutama di sektor teknologi dan kepemimpinan. Realitanya di dunia kerja saat ini sector teknologi seperti para editor dipenuhi dari para laki-laki yang mana dianggap lebih professional. 

Dalam hal kepemimpinan juga lebih sering terjadi, dimana seorang pemimpin lebih layak dari golongan laki-laki. Dalam hal ini Inklusi gender mendorong perusahaan menerapkan kebijakan yang ramah perempuan, seperti cuti hamil yang memadai, program mentoring, dan jalur karier yang setara tanpa melihat dari segi gender. 

Harapanya beberpa hal itu dapat meyetarakan gender social didunia kerja. Selain itu juga banyak terjadi kekerasan dalam dunia maya mengenai gender online , marak kita temui dan sering menjadi trending topic pembahasan di dunia maya. Topic yang dibahas dan bahkan yang sedang trending tidak jauh dari pembahsaan antara lain :  kekerasan, perundungan, dan pelecehan seksual marak di lakukan diusia yang bahkan masih mulai menganjak usia remaja, dan bahkan  buliying dalam membanjiri kolom komentar sekali trending. Hal ini Inklusi gender mengharapkan mengharuskan platform digital memiliki mekanisme pelaporan yang efektif,

Perlunya menegakkan hukum dan kebijakan itu juga sangat penting. Agar regulasi yang mendukung  perjalanan menuju kesetaraan gender harus ditegakkan dengan tegas dipahamkan disetiap masyarakat, dan kebijakan yang diskriminatif harus dihapuskan. Memberdayakan perempuan dengan baik dan setara. 

Perempuan perlu diberikan kesempatan khususnya dalam dunia kerja atau dunia mya dan dukungan untuk mengembangkan kapasitas dan meraih potensi mereka agar setara dengan laki-laki. Untuk itu perlu melibatkan laki-laki agar dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, dengan cara memahami konsep maskulinitas yang sehat dan tidak diskriminatif. 

Dengan demikian mendukung perjalanan menuju kesetaraan gender di era modern ini menjadi lebih baik. Marilah kita menjadi generasi yang cerdas untuk indonesia menjadi lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline