Lihat ke Halaman Asli

Miftahussururi

Praktisi Pendidikan

Guru Konten Kreator dan Butterfly Effect

Diperbarui: 2 September 2023   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumentasi pribadi

Hari Rabu dan Kamis kemarin, saya sangat bersyukur mendapatkan sebuah kehormatan karena bisa bertemu dan memfasilitasi 29 Guru Konten Kreator Pendidikan untuk melakukan refleksi, memantik diskusi, saling belajar dan berbagi, serta mengajak para guru memberikan apresiasi diri.

Ibu Bapak Guru ini adalah pendidik yang bukan hanya menjalankan rutinitas pekerjaan mengajar dan membersamai anak-anak, namun mereka juga membuat dan membagikan praktik nyata pengalaman mengajarnya melalui berbagai platform media sosial. Konten yang dibuat oleh para guru ini sangat beragam, mulai dari berbagai materi/bahan/media/perangkat ajar, tips pengelolaan kelas, pemanfaatan teknologi, sampai konten ringan bersama anak-anak namun syarat makna.

Karya-karya mereka yang mudah diakses dan dapat menggerakkan hati guru lain untuk belajar serta menciptakan kebahagian proses belajar bagi murid-murid di berbagai penjuru negeri. Kita bisa lihat gambar pada slide tiga dimana konten yang dibuat oleh guru mendapatkan atensi dan komentar dari guru lain yang ingin mempelajari dan menerapkannya di kelas guru tersebut.

Saat sesi refleksi dan berbagi kemarin, banyak sekali hidden gem tentang mengapa mereka menjadi guru dan bagaimana cerita awal mula mereka menjadi guru konten kreator. Tak sedikit dari mereka yang menyampaikan bahwa alasan mereka membuat dan membagikan konten pendidikan adalah terinspirasi dari guru lain berbagi pengalaman proses belajar mengajar yang menyenangkan di media sosial.

Bahkan diantara para guru ini yang tidak menyangka bahwa konten yang awalnya dibuat hanya untuk dokumentasi pribadi ternyata dapat membantu rekan-rekan guru yang lain. Sebuah energi atau "virus" kebaikan yang punya peluang besar untuk menular ke rekan sejawatnya yang lain.

Apa yang dilakukan oleh Ibu Bapak Guru tersebut mengingatkan saya pada salah satu scene dan momen di film The Lord of The Rings.

**

Film ini menceritakan bahwa cincin kekuasaan ditemukan kembali setelah ribuan tahun menghilang sehingga bayang-bayang dari kekuatan gelap mulai merebak dan ingin menancapkan kekuasaannya ke segala penjuru dunia. Pada sebuah pos penjagaan perbatasan bangsa elf di Dunia Tengah (Rivendell) terjadi perdebatan hebat dari perwakilan manusia, peri, kurcaci, penyihir, hingga para hobbit yang mendiskusikan bagaimana memusnahkan cincin tersebut.

Semua merasa ketakutan, tidak ada harapan, dan tidak ada yang berani membawa cincin tersebut untuk dimusnahkan ke Gunung Api Mordor yang dipenuhi musuh yang menginginkan cincin tersebut. Cincin itu tidak bisa dihancurkan dengan cara biasa ataupun dengan kekuatan sihir, hanya tempat ia di tempa yang dapat memusnahkan kekuatan gelap tersebut.

Karena cincin itu sangat berbahaya, siapa saja yang memandangnya dapat memiliki hasrat untuk memilikinya. Cincin tersebut memiliki kekuatan untuk berkuasa di atas segala sesuatu di bawah bayang kaki kekuasaannya. Kecuali bagi orang yang di hatinya terdapat kemurnian dan tidak punya hasrat untuk berkuasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline