Satu-satunya pedoman dalam kehidupan yang dapat menjadi panutan, tuntunan serta mengarahkan pada cinta kasih-Nya yakni kalam Allah. Berbagai makna yang terkandung di dalamnya tidak hanya sejarah, akidah, akhlak, ibadah serta ilmu yang lainnya akan tetapi muamalah juga terkandung dalam Al-qur’an. Segala roda kehidupan serta seisinya seluruhnya juga terkandung didalamnya.
Didalam Al-qur’an telah dipaparkan dengan jelas mengenai persoalan-persoalan ekonomi khususnya berkonsumsi. Konsumsi ialah tongkat bagi kehidupan karena tiada konsumsi juga tiadalah kehidupan, dan didalam kehidupan pula tidak akan pernah lepas dengan persoalan konsumsi. Titik yang menjadi topik permasalahan disini ialah bagaimana berkonsumsi yang tepat? berkonsumsi dalam negara, masyarakat, maupun individu semua perlu di terapkan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di dalam kalam-Nya. Karena Islam mengajarkan dan menuntun para umatnya pada jalan-Nya yang benar dengan tujuan mencapai kesejahteraan, kebahagiaan dunia akhirat atau mencapai tingkat falah.
Disisi lain konsumsi juga termasuk ibadah di dalam bermu’amalah, kedudukan konsumsi dalam ekonomi ialah memiliki peran penting yang pada akhirnya dapat memunculkan aktivitas produksi dan distribusi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun peran penting yang terkandung didalam konsumsi tersebut ialah hajat dan manfaat. Jika terlepas dari keduanya maka akan timbul hal negatif misalnya: pemborosan, timbul rasa sombong dan besar hati karena sesuatu barang yang dimilkinya bersifat lebih membandingi dengan yang lainnya, dan apa yang dikonsumsinya tidak mengandung manfaat dan hajat.
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَة (رَوَاهُ النَّسَاِئي)
Artinya: dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasul SAW bersabda: “makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong.” (HR. Nasa’i)
Sederhana itu indah jika seseorang dapat merenungi dan menyadari di dalam kehidupannya. Karena sesuatu yang berlebihan itu sebagian bukanlah termasuk bagian dari kita untuk dimiliki dan dimanfaatkan. Islam juga meralang dalam mengkonsumsi sesuatu yang berlebiahan, karena akan menimbulkan hal yang negatif bagi diri kita sendiri.
Q.S. Al-A’raaf: 31
يا بَنِيْ آدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَتُسْرِفُوْا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ المُسْرِفِيْنَ.
Artinya: “ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. “
Telah jelas, bahwa tanpa kita sadari seseorang yang suka berlebih-lebihan dalam hartanya dan menggunakannya dengan tiada mengandung manfaat dan hajat, maka sesungguhnya Allah akan membencinya. Dan perlu kita pahami pula bahwa segala yang kita miliki itu adalah milik Allah Swt. semata dan akan kembali atau diambil oleh-Nya sesaat nanti pada waktunya. Jadi segala yang dititipkan pada umat manusia patut kita syukuri dan dapat dimanfaatkan pada jalan-Nya.
QS. Al-Ankabut: 17