Lihat ke Halaman Asli

Moderen Bukan Penghambat dalam Usaha Tradisional

Diperbarui: 6 Desember 2015   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Aceh tak mau kalah dengan daerah lain di Pulau Sumatra dalam hal menarik wisatawan terutama yang gemar membeli oleh-oleh. Makanan  khas Aceh ini bisa dijadikan oleh-oleh dan dengan mudah di dapatkan langsung di daerah Lampisang, Aceh Besar. Dijamin pilihannya lengkap dan rasanya yang lezat. Desa Lamlhom adalah daerah yang banyak memproduksi produk oleh-oleh tersebut. Didaerah ini mayarakat membuat dodol,wajeb,meusekat,haluan beras dll untuk di jual di kedai-kedai di daerah Lampisang sebagai oleh-oleh. Tetapi banyak juga dari mereka menjual dodol,wajeb,meusekat,haluan beras sebagai hantaran pernikahan.

Seperti halnya buk Her yang merupakan salah satu pemilik usaha kue khas aceh di Lamlhom. Her Lamlhom begitulah sebutan usahanya yang sudah di rintis sejak 10 tahun silam. Dorongan faktor ekonomi dan potensi pasar yang menjanjikan membuatnya memberanikan diri untuk terjun ke usaha tersebut. Untuk membuat sebuah dodol buk Her menggunakan bahan baku yang dibeli dari tempat langganannya sehingga buk Her tidak kesulitan dalam mendapatkan bahan baku.

Dalam membuat dodol bisanya memakan waktu lebih kurang 2 jam dengan bantuan mesin pembuat dodol. Dengan semakin canggihnya teknologi buk Her memanfaatkan teknologi tersebut dalam membuat dodol. Mesin pembuat dodol kini hanya di miliki oleh 3 rumah di desa tersebut yang akan memudahkan dalam memproduksi dodol. Walaupun memasak dodolnya sudah tidak tradisional tetapi resep dan cara pembuatnya masih sama dan tidak berubah,sehingga rasa dari dodol tersebut tetap alami terjaga. Dalam sehari buk her biasanya menghasilkan dodol sebanyak 5 kilogram dan di bungkus hingga menghasilkan sekitar 50 dodol yang siap di jual. Dodol hasil usahanya di jual di kedai-kedai di daerah Lampisang dan di hargai 5-45 ribu/dodol.

Memiliki usaha dodol dan kue khas Aceh bukan tak mempunyai tantangan. Buk her sendiri memiliki beberapa tantangan dan kendala dalam menjalankan usahanya. Dalam usahanya kedala yang terberatnya adalahnya banyaknya pesaing yang mulai membanjiri jenis usahanya. Sama dengan halnya usaha lain yang memiliki pesaing dan menuntut pemilik usaha untuk bisa menawarkan produk yang unik dan dapat diterima oleh konsumen.

Hal yang lain yang menjadi kendala adalah sepinya wisatawan yang datang sehingga menurunnya volume penjualannya. Untuk itu buk Her kini biasanya juga mulai merintis pengembang usaha menjadi menyediakan kue hantaran pernikahan yang menjadi salah satu adat daerah. Bila ingin memesan kue hantaran seperti meusekat dll bisa menghubungi langsung melalui via telepon atau langsung kerumahnya yang berada di jln meunasah beutong Lamlhom,Aceh besar. Untuk 1 talam dodol hantaran buk Her biasanya menjualnya 250 ribu dan berbeda-beda setiap jenis kuenya.

Harapan kedepannya buk Her ingin membuat produk usahanya dengan menggunakan kemasan yang lebih menarik lagi sehingga produknya dapat di nikmati tak hanya di daerah Lampisang saja tetapi keseluruh Aceh atau keluar Aceh. Beliau juga berharap agar kue khas Aceh yang menjadi salah satu ciri khas Aceh tidak akan hilang walau semakin banyak produk instan. Buk Her menuturkan “rasa alami dari kue dan dodol tersebut tidak boleh dicemari dengan pengawet atau pemanis yang akan menghilangkan rasa sebenarannya kue khas Aceh tersebut”.(MR)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline