jember _ Sinyalemen yang disampaikan Mensos RI Tri Risma Harini saat meninjau lokasi terdampak banjir di Ponpes Ar-Rosyid Desa/Kecamatan Bangsalsari, Jember (18/01/2021) lalu, tentang kerusakan hutan merupakan salah satu penyebab banjir bukanlah bualan."Setiap lokasi banjir yang saya kunjungi rata-rata banjir itu diakibatkan adanya kerusakan hutan di area hulu, sehingga bagian hilir terimbas. Karena air tidak bisa cepat meresap sehingga mengakibatkan banjir di bagian bawah," ungkap Risma.
Bencana banjir dampak dari kerusakan hutan seperti disampaikan Risma, pada 23 Desember 2019 sebenarnya sudah pernah diingatkan Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian (PSDAP) Program Pascasarjana Universitas Jember,
Menurut data yang dihimpun dari penelitian dengan metode Geographic Information System (GIS) yang dilakukan Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian (PSDAP) Program Pascasarjana Universitas Jember, 65 persen Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung dalam kondisi kritis akibat erosi berat.
Salah satu penyebab erosi adalah penebangan hutan dan alih guna lahan yang masif terutama di daerah hulu DAS Bedadung.
Jika kondisi ini dibiarkan, maka bencana seperti banjir, erosi, sedimentasi dan longsor bakal lebih sering terjadi di Jember, terutama di daerah hilir.
Dampak dari parahnya kerusakan hutan, saat musim hujan telah menyebabkan Kabupaten Jember dikepung banjir.
Mulai dari Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Bangsalsari, kini Sungai Bedadung yang hulu mata airnya berada di lereng Gunung Argopuro, meluap hingga menggenangi, menghanyutkan beberapa rumah penduduk.
"Ini baru pertama kalinya sungai Bedadung banjir setinggi ini, entah di daerah bawah (hilir) bisa jadi tambah parah," ujar warga Biting Arjasa Jember.
Relawan PMI Kabupaten Jember yang melakukan pemantauan, melaporkan meluapnya aliran Sungai Bedadung, diketahui, sejumlah rumah warga yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS ) sudah mulai terendam. Ketinggian air yang merendam rumah warga mencapai dada orang dewasa.
"Ada 12 rumah di sekitar Jalan Sumatera di samping Gladak Kembar yang terendam. Saat ini sudah mulai mengungsi, beberapa tim PMI bersama dengan BPBD saat ini meluncur ke arah Wuluhan daerah hilir sungai Bedadung," ujar Gufron, Humas PMI Kabupaten Jember kepada media.
Kondisi air di sungai dengan panjang 161 kilometer ini masih mengkhawatirkan, mengingat hujan ringan masih terus mengguyur bagian hulu di lereng Gunung Hyang Argopuro sisi timur. Beberapa warga berusaha terus memantau kondisi luapan air di semua jembatan yang dilalui sungai Bedadung.