Pada usia kalangan kelompok remaja dan orang dewasa seringkali terjerumus ke dalam kebiasaan makan yang tidak sehat dan tidak teratur, terutama jika dihadapkan pada kebiasaan makan yang buruk. Hal ini disebabkan karena keseharian mereka disibukkan dengan aktivitas sekolah dan pekerjaan serta stressor kehidupan lainnya yang kurang berdampak pada lingkungan sekolah, sehingga mereka kurang memperhatikan makanan yang mereka konsumsi baik dari segi waktu dan frekuensi makan, Pola Makan, Jenis Makanan, dan Jumlahnya Makanan yang meningkatkan peluang terkena masalah lambung seperti maag atau gastritis.
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon dimana seseorang masih berpikiran tertutup terhadap suatu rangsangan atau objek. Ada dua jenis sikap yaitu positif dan negatif, sikap negatif cenderung mengarah pada perilaku negatif. Begitu pula dengan masyarakat yang mempunyai sikap negatif terhadap penyakit gastritis, cenderung bersikap negatif terhadap penyakit maag dan kurang memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit maag serta dampak penyakit maag terhadap perilaku buruknya. Hal ini berbeda dengan sikap positif, Orang ini akan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit maag serta akan berusaha mempengaruhi perilaku baik yang berhubungan dengan penyakit maag.
Kebiasaan makan yang baik bukan hanya soal waktu makan, frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah makanan. Sebab, sebagaimana disampaikan oleh (Aisyah, 2016), jika makanan diisi dengan energi, bahan pembangun, dan zat yang cukup untuk menghindari berbagai penyakit, terutama maag, maka bisa juga dilihat dari gizinya aspek makanan yang Anda makan. Nutrisi memberikan nutrisi yang baik pada tubuh dan energi yang baik dapat mencegah jenis penyakit. Ketersediaan waktu, faktor lingkungan, serta kondisi ekonomi, pembelajaran, aktivitas berlebihan, dan pengetahuan gizi juga termasuk aspek yang mempengaruhi perilaku makan.
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada lapisan lambung, Lapisan tersendat mengalami peradangan dan bengkak sehingga menyebabkan infeksi. Gastritis merupakan penyakit yang sering kambuh dan penderitanya memerlukan pengobatan berulang. Gastritis dapat terjadi secara tiba-tiba (gastritis akut) atau bertahap (gastritis kronik). Meski sebagian besar kasus gastritis tidak meninggalkan kerusakan permanen pada lambung, namun penderita gastritis sering kali mengalami serangan berulang yang menyebabkan nyeri pada ulu hati.
Berdasarkan penelitian World Health Organization, setiap tahun ada 1,8 hingga 2,1 juta orang yang menderita gastritis di seluruh dunia. Di Asia Tenggara, sekitar 586.635 penduduk menderita atau hanya memiliki gejala gastritis setiap tahunnya. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO (2017) sekitar 40,8% dari 238.452.952 jiwa penduduk Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kemenkes (2017), angka pendertia gastritis di beberapa kota di Indonesia yaitu Bandung 32,5%, Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, Surabaya 31,2%, dan Pontianak 31,1%. Data di Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa gastritis menempati posisi ke-9 dari 10 besar penyakit penyebab pasien rawat inap dan pasien rawat jalan sejumlah 15,47%.
Penyebab utama gastritis adalah Infeksi Helicobacter pylori, virus, atau parasit lain yang menyebabkan gastritis, gaya hidup, iritasi, kebiasaan makan yang tidak teratur, terlambat makan, makan dengan porsi berlebihan, makan makanan yang terlalu pedas dan asam, konsumsi minuman beralkohol, merokok, stres dan penggunaan kokain berkontribusi terhadap gastritis akut Seperti NSAID aspirin dan ibuprofen, kortikosteroid dapat menyebabkan gastritis. Banyak remaja dan orang dewasa yang menderita gastritis bukan hanya karena gaya hidup dan stres saja, namun juga karena cenderung mengabaikan dan menganggap remeh penyakit gastritis ini. Fenomena gastritis cenderung meningkat karena masyarakat kurang memperhatikan gastritis dan menganggapnya sebagai penyakit ringan. Terlepas dari penyebab gastritis yang disebutkan di atas, beberapa pasien mengalami gejala sementara yang lain tidak. Gejala sakit maag antara lain yaitu Nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, kehilangan nafsu makan, hematemesis, dan bersendawa.
Jika penyakit gastritis tidak diobati, dapat terjadi komplikasi seperti pendarahan sehingga menyebabkan penumpukan darah dalam jumlah besar di lambung, menyebabkan tukak lambung, melena, syok hemoragik, bahkan kanker lambung yang dapat berujung pada kematian. Pasien yang mengalami gejala harus mendapat pengobatan yang tepat agar bisa segera sembuh atau mencegah perburukan. Gastritis dapat menyerang siapa saja, sehingga pencegahan penyakit memerlukan kesadaran dari semua pihak yang terlibat, dan mereka yang mengidap penyakit ini juga perlu disembuhkan dari penyakit gastritis.
Mengingat besarnya dampak negatif penyakit gastritis, maka risiko terjadinya komplikasi gastritis harus dicegah atau ditangani secara serius. Upaya untuk meminimalisir risiko tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyebab penyakit gastritis. Kekambuhan dapat dicegah dengan terapi obat, namun mengurangi faktor penyebab dapat mengurangi kemungkinan kekambuhan. Pengetahuan merupakan bidang yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia (overt behavior). Perilaku sehat merupakan respon seseorang terhadap objek yang berhubungan dengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Oleh karena itu, pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan gejala gastritis. Dengan pengetahuan tentang proses terjadinya gastritis, faktor penyebab, dan pengobatan yang tepat maka permasalahan yang dihadapi oleh individu dengan gejala gastritis dapat diatasi.
Upaya untuk menurunkan angka kejadian gastritis dan meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh penyakit gastritus dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran dan tindakan pencegahan gastritis melalui edukasi tentang gastritus, termasuk penyebab komplikasi dan pencegahannya. Salah satu kejadian gastritis disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang mengakibatkan pada kurangnya perilaku pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gastritis. Gastritis dapat dicegah dengan beberapa hal diantaranya :
- Pola makan yang teratur
- Mengurangi jenis makanan yang dapat mengiritasi lambung seperti makanan pedas,asam, lemak, minuman bersoda, konsumsi alkohol
- Menghentikan kebiasaan merokok
- Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat anti nyeri (NSAIDs)
- Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun untuk menghindari infeksi bakteri.
- Menghindari tidur setelah makan
- Pengendalian stres
- Menjaga berat badan ideal
- Olahraga
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, A., Setyawati, H., & Seran, A. A. (2022, September). Edukasi dan Deteksi Dini Gastritis pada Kelompok Masyarakat Pilang Gresik Kedamean Gresik. In Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat Universitas Ma Chung (Vol. 2, pp. 80-88).