Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning (PBL) adalah suatu metode pendidikan yang diawali dengan pemecahan masalah. Namun, siswa membutuhkan pengetahuan segar untuk mengatasi tantangan ini secara efektif. Intinya, pemanfaatan kerangka instruksional meningkatkan efektivitas proses pengajaran dan pembelajaran. Pemanfaatan model pembelajaran pada hakikatnya memberikan kontribusi terhadap efektivitas belajar mengajar. Kemajuan suatu pembelajaran di kelas dapat diukur dari kemajuan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada kemahiran guru dalam mengelola kelas, penguasaan bahan ajar, pemanfaatan metode pengajaran, penerapan model pembelajaran, penggabungan media pembelajaran, dan pemanfaatan sumber daya pendidikan lainnya yang menunjang keberhasilan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah, disebut juga dengan Problem Based Learning atau PBL, dikenal dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Nor Khakim dkk, mengutip dari Ibrahim dan Nur, dalam Rusman, model pembelajaran ini (PBL) adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam konteks dunia nyata, sekaligus menekankan pada pengembangan kemampuan belajar mandiri.
Nor Khakim dkk mengutip dari Arends, dalam Putra, model Pembelajaran Berbasis Masalah ini atau PBL ditandai dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada masalah otentik, memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan tingkat tinggi dan kemampuan inkuiri, menumbuhkan kemandirian, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Sedangkan dalam artikel lain, Hardika menjelaskan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengatasi masalah-masalah fakta di dunia nyata untuk membangun pengetahuannya, meningkatkan keterampilan dan penyelidikannya, menumbuhkan kemandirian, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau PBL berakar pada filosofi John Dewey, yang menganjurkan pengajaran yang memanfaatkan keingintahuan dan kreativitas bawaan siswa. Dewey menekankan pentingnya pendekatan pendidikan yang menstimulasi pikiran siswa untuk memperoleh berbagai keterampilan belajar non-tradisional di semua mata pelajaran. Menurut Dewey, pembelajaran harus dihubungkan dengan pengalaman siswa sehari-hari, karena konteks alami ini menawarkan peluang untuk keterlibatan otentik dan hasil pembelajaran yang bermakna. Dalam konteks ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) memandang PBL sebagai model pendekatan pembelajaran yang menumbuhkan perkembangan kemampuan siswa, berkolaborasi dalam kelompok untuk mengatasi tantangan dunia nyata. Permasalahan yang disajikan dalam PBL berfungsi untuk menyulut rasa ingin tahu siswa dan mendorong keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.
Wina Sanjaya menguraikan tiga ciri utama Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL), yaitu:
PBL melibatkan serangkaian kegiatan belajar aktif, mendorong siswa untuk terlibat dalam berpikir, berkomunikasi, mengelola data, dan menarik kesimpulan, daripada mendengarkan dan menghafal secara pasif.
Kegiatan pembelajaran dalam PBL difokuskan pada pemecahan masalah, menjadikan masalah sebagai pusat proses pembelajaran. Pembelajaran memerlukan adanya tantangan agar berlangsung secara efektif.