Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Infrastruktur Teknologi untuk Perusahaan Transportasi di Era Digital

Diperbarui: 6 September 2024   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi turis sedang menikmati keindahan alam di Bali. (Sumber: vecteezy.com/ssvetasokolova)

Pentingnya Infrastruktur Teknologi untuk Perusahaan Transportasi di Era Digital

Sistem informasi saat ini menjadi salah satu komponen krusial dalam berbagai industri, termasuk layanan transportasi pariwisata. Artikel yang ditulis oleh Danianto Enggar Prasetyo dan Agustinus Fritz Wijaya di jurnal INTENSIF: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan Teknologi Sistem Informasi (2021) membahas perencanaan strategis sistem informasi di sebuah perusahaan otobus (PO) pariwisata di Indonesia. Penggunaan sistem informasi yang strategis dipercaya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan, namun banyak perusahaan, terutama di sektor pariwisata, belum memanfaatkan teknologi ini secara optimal.

Perusahaan X, yang menjadi fokus dalam penelitian ini, merupakan penyedia jasa transportasi pariwisata yang masih menjalankan proses bisnis secara konvensional. Kondisi ini menyebabkan berbagai tantangan, seperti kesulitan dalam mengatur jadwal reservasi, perawatan armada, hingga penugasan kru. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Prasetyo dan Wijaya adalah penerapan metodologi Ward dan Peppard untuk menyusun rencana strategis sistem informasi. Metodologi ini telah banyak digunakan dalam berbagai industri untuk memastikan bahwa sistem informasi yang diimplementasikan selaras dengan visi, misi, dan tujuan jangka panjang perusahaan.

Berdasarkan data yang ada, penggunaan sistem informasi dalam perusahaan transportasi pariwisata di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data Kementerian Pariwisata pada tahun 2019, hanya sekitar 30% dari total perusahaan transportasi pariwisata yang sudah beralih menggunakan teknologi informasi untuk mendukung operasional mereka. Sementara itu, data dari Statista (2020) menunjukkan bahwa penggunaan sistem reservasi online di industri pariwisata global meningkat lebih dari 60% dalam lima tahun terakhir, menekankan pentingnya adopsi teknologi ini di pasar domestik. Perusahaan X dapat memanfaatkan tren ini untuk meningkatkan daya saingnya di sektor transportasi pariwisata yang semakin ketat.

***

Artikel karya Prasetyo dan Wijaya (2021) tidak hanya memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan yang dihadapi oleh perusahaan transportasi pariwisata, tetapi juga menawarkan solusi konkret melalui penerapan metodologi Ward dan Peppard. Metodologi ini menekankan pentingnya perencanaan strategis yang tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan bisnis organisasi. Analisis Value Chain, PEST, dan Five Forces Porter yang digunakan dalam penelitian ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami kondisi internal dan eksternal perusahaan.

Salah satu temuan menarik dalam artikel ini adalah potensi penghematan biaya dan peningkatan efisiensi operasional yang signifikan setelah penerapan sistem informasi. Menurut penelitian, perusahaan dapat menghemat hingga 20% biaya operasional melalui penggunaan sistem manajemen reservasi online dan manajemen armada. Dengan penghematan tersebut, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan profitabilitas, tetapi juga memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan. Fakta ini diperkuat oleh data dari Asosiasi Transportasi Pariwisata Indonesia yang mencatat bahwa perusahaan yang menggunakan teknologi informasi berhasil meningkatkan kepuasan pelanggan hingga 15% dibandingkan dengan yang masih menggunakan metode konvensional.

Selain itu, penerapan Human Resource Information System (HRIS) yang direkomendasikan oleh Prasetyo dan Wijaya memungkinkan perusahaan untuk mengelola tenaga kerjanya dengan lebih efisien. HRIS membantu mengotomatisasi pencatatan absensi, penggajian, dan pelatihan, yang selama ini dilakukan secara manual dan memakan waktu. Dampak positif dari penerapan sistem ini terlihat pada peningkatan efisiensi manajemen sumber daya manusia hingga 25%, berdasarkan data dari implementasi serupa di industri transportasi di negara lain, seperti Malaysia dan Thailand (Asian Development Bank, 2018).

Namun, yang perlu diperhatikan adalah kesiapan infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia di perusahaan X. Implementasi sistem informasi memerlukan dukungan perangkat keras yang memadai serta pelatihan bagi karyawan agar mereka dapat mengoperasikan sistem baru dengan optimal. Prasetyo dan Wijaya menyarankan agar perusahaan X secara bertahap meningkatkan infrastruktur teknologi, termasuk penambahan komputer, peningkatan bandwidth internet, serta mengadakan program pelatihan berkala untuk meningkatkan kemampuan teknis karyawan. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan teknologi mengalami peningkatan produktivitas hingga 30% dalam dua tahun pertama implementasi sistem informasi (McKinsey, 2019).

Dengan strategi implementasi bertahap yang diusulkan, perusahaan X diproyeksikan dapat mengadopsi teknologi ini secara penuh dalam waktu empat tahun. Pada akhir periode tersebut, diharapkan efisiensi operasional akan meningkat secara signifikan, dan perusahaan dapat lebih bersaing di industri yang semakin mengandalkan teknologi.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline