Partai Demokrat mengirim pesan untuk tidak bergabung ke partai Pendukung Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres di Pilpres 2019 mendatang.
Pesan itu tersirat dari kritikan yang dilontarkan oleh Ketua Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terkait program revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
Menurut Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Dosen FISIP Universitas Al Azhar Indonesia, Zaenal A Budiono yang dilansir Akurat.co, kritik dari AHY tentang program-program pemerintah yang kurang sukses, merupakan fenomena lumrah, normal dan bagian dari dialektika berbangsa.
Namun, ada sesuatu yang bisa ditangkap dari kritikan AHY ke Jokowi, saat Pilpres 2019 kian dekat.
Melalui kritikan tersebut, Partai Demokratingin mengirim pesan kepada Jokowi dan koalisinya untuk tidak terlalu berharap agar Demokrat masuk koalisi. Sebelumnya SBY juga menunjukkan behavioral politik yang bisa dimaknai mulai bergersernya Demokrat dari pusaran Jokowi.
Selain itu, pidato-pidato Jokowi yang kerap menyalahkan masa lalu sepertinya turut mempengaruhi perubahan sikap Demokrat ini.
Sementara itu, Prabowo yang sabar menunggu "bola muntah" Demokrat juga belum bisa berharap banyak. Hal ini karena baru-baru ini SBY justru mengatakan bahwa agenda terdekat Demokrat adalah membantu rakyat terlebih dahulu, daripada memikirkan koalisi, baik koalisi pemerintah maupun yang baru muncul, yaitu koalisi keumatan.
Itu adalah sebuah pernyataan simbolik yang makin mempertegas karakter Partai Demokrat sebagai kekuatan penyeimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H