Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Kisah Tragis Kucing-kucing Kurus

Diperbarui: 4 Desember 2018   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada malam menjelang tahun baru. Seorang anak kecil yang usianya sekitar 7 tahunan terlihat sedang berjalan menyusuri jalanan ibukota. Dia terus berjalan kearah Selatan untuk menemui ibunya yang sedang bekerja sebagai penjual makanan ringan di pasar tradisional. Bocah itu memilih berjalan di Trotoar karena lebih aman. Ketika sampai di tikungan jalan, Anak ini melihat tiga ekor anak kucing yang tengah mati dan terkapar di tengah jalan dengan darah yang menggenang di sekitar tubuhnya. Ada luka di beberapa kaki serta kepalanya. Kucing kucing Malang ini mati terlindas mobil ketika hendak menyeberang jalan untuk mencari makanan. 

Ukuran tubuhnya yang kecil kecil membuat ketiga kucing ini samar terlihat di malam hari.

Si bocah menuju ke tempat dimana ketiga anak kucing itu mati , karena merasa iba, ia mencoba mengangkat bangkai ketiga kucing itu dan membawanya ke pinggir jalan. Dia berpikir untuk mengubur bangkai itu. matanya tak berkedip melihat bangkai anak kucing, dI benaknya berkecamuk memikirkan tentang siapa orang yang  telah tega melindas kucing kucing Malang itu.

Tapi kini bocah itu telah menyadari bahwa untuk apa berlarut larut untuk memikirkan siapa yang melindas kucing kucing ini. Karena Ada hal lain yang lebih penting. Yaitu segera menguburkan bangkai kucing ini.

Ketiga bangkai kucing ini di bawanya ke pinggir jalan. Matanya menyisir ke segala arah untuk mencari tempat yang tepat untuk menguburkan bangkai kucing. Di tempat itu tak ada lahan kosong, hanya ada rumah rumah penduduk dan pertokoan. Tidak mungkin menguburkan bangkai di antara padatnya perumahan penduduk.

Karena tidak menemukan tempat untuk mengubur bangkai kucing, dia mulai gelisah, kemudian membawa bangkai itu kesana kemari. 

Beberapa orang yang pada saat itu sedang berbincang bincang di warung kopi secara tidak sengaja melihat anak ini tengah membawa bangkai kucing. Karena melihat gelagat aneh dari bocah ini yang dari tadi mondar mandir kesana kemari, salah satu dari mereka, seorang Bapak guru paruh baya, mencoba menghampirinya dan menanyakan kenapa dia seperti itu.

Mereka berdua bercakap-cakap, dari percakapan itu mereka kemudian bersepakat untuk membawa bangkai itu kerumah bapak guru saja. Rumah bapak itu letaknya berada di seberang jalan, hanya perlu melewati gang sempit dan dua rumah saja. lalu keduanya menyeberang jalan sambil membawa bangkai kucing tadi. Setelah sampai di rumah, bapak guru mengajak anak itu untuk menggali lubang dan menguburkan bangkai. Mereka menguburkan bangkai Tepat di belakang rumah. 

Setelah selesai menguburkan bangkai kucing tadi, Mereka melanjutkan perbincangan kembali di balai bambu dan di temani segelas air putih serta snack yang biasa mereka beli di warung. Bapak guru itu menuturkan bahwa di desa ini memang banyak sekali kucing kucing liar. Dan juga sering kucing kucing ini secara tidak sengaja terlindas mobil dan motor ketika hendak menyeberang jalan.

Si bocah menanyakan kenapa di sini banyak sekali kucing, lalu dijawab bahwa kucing yang sangat banyak itu karena di sini ada banyak makanan sisa dari penduduk yang telah di buang ke tempat sampah, Bapak guru juga menerangkan kepada si anak bahwa pertumbuhan populasi kucing liar yang selalu meningkat pada akhir akhir ini telah menjadi sebuah masalah tersendiri bagi lingkungan di sekitarnya.  

kucing liar yang berperan sebagai predator puncak ekosistem tidak mempunyai predator lain ataupun pesaing selain jenisnya sendiri yang bisa menahan ledakan populasi. Sehingga kucing yang terlantar ataupun yang tidak terawat dengan baik dapat meningkatkan resiko penyakit zoonosis serta perlakuan yang tidak memenuhi kesejahteraan hewan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline