Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia memiliki akar yang kuat dalam tradisi ilmu kalam. Sebagai pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari menggunakan ilmu kalam untuk menyusun kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan bagi santri-santri NU.
Warisan ilmu kalam dalam NU terlihat jelas dalam pemahaman tentang tauhid, sifat-sifat Allah, kenabian, dan berbagai persoalan keagamaan lainnya. NU menganut paham Ahlussunnah wal Jama'ah yang memiliki akar yang kuat dalam pemikiran para ulama ahli kalam seperti Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Melalui pendekatan rasional yang diajarkan dalam ilmu kalam, NU mampu menyajikan pemahaman agama yang komprehensif dan moderat.
Dalam praktik keagamaan, warisan ilmu kalam tercermin dalam upaya NU menjaga keseimbangan antara iman dan akal. NU tidak hanya menekankan pentingnya iman, tetapi juga mendorong umatnya untuk berpikir kritis dan rasional dalam memahami agama. Hal ini tercermin dalam berbagai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh NU, seperti pengajian, kajian kitab kuning, dan dialog antaragama. Selain itu, ilmu kalam juga memberikan landasan yang kuat bagi NU dalam menyikapi berbagai tantangan zaman, seperti radikalisme, liberalisme, dan pluralisme.
Di era modern ini dengan segala kemajuannya membawa sejumlah tantangan bagi pelestarian ilmu kalam, salah satu contohnya ialah munculnya berbagai aliran pemikiran keagamaan yang bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah yang seringkali mengabaikan atau bahkan menolak ilmu kalam dan pengaruh budaya populer yang menyebabkan generasi muda saat ini kurang tertarik mempelajari ilmu-ilmu agama.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut ialah NU terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan agama khususnya di pesantren-pesantren, NU aktif dalam dialog antaragama dan antarbudaya sehingga dapat memperkuat pemahaman dan toleransi antar umat beragama, NU memberikan berbagai program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang menyimpang, dan NU memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran serta menangkal hoaks dan ujaran kebencian.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam merupakan warisan berharga yang terus dijaga dan dikembangkan oleh NU. Dengan memahami ilmu kalam, NU mampu menjaga kemurnian akidah, membangun toleransi, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H