Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Wacana Globalisasi

Diperbarui: 17 Mei 2017   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan : Paradoks Globalisasi

           Globalisasi merupakan fenomena penting yang setiap orang, bangsa manapun, dan negara manapun tidak bisa menghindar. Globalisasi menjadi penting karena dalam faktanya globalisasi memunculkan persaingan dimana ada yang menang dan ada yang kalah. Tak sedikit pula negara yang tidak siap menghadapi globalisasi. Disinilah titik paradoksnya, dimana selama ini globalisasi di wacanakan akan membawa kepada kesejahteraan dan kedamaian dunia justru memunculkan ketimpangan dan penjajahan model baru.

Kehadiran globalisasi –terutama globalisasi ekonomi- telah menggiring hampir semua elemen kehidupan dan seluruh pranatanya untuk masuk kedalamnya. Acuan dalam perkembangan institusi, bidang sosial dan ekonomi nasional adalah arah proses globalisasi itu sendiri. Dalam kerangka tersebut, maka kebijakan ekonomi atau strategi pembangunan nasional yang tidak sejalan dengan globalisasi dianggap tidak relevan karena proses global saat ini tidak bisa ditolak siapapun.

Sampai saat ini para ilmuan belum sepakat tentang makna dari globalisasi. Akan tetapi ada lima kategori besar definisi globalisasi. Pertama, globalisasi di pandang sebagai internasionalisasi. Kedua, globalisasi sebagai liberalisasi. Artinya globalisasi akan membuat integrasi ekonomi internasional melalui sebuah formasi sosial global baru yaitu free trade.Hal tersebut didasarkan asumsi bahwa sistem perdagangan yang terbuka lebih efisien dibanding dengan sistem proteksionis. Ketiga, globalisasi adalah universialisasi. Artinya globalisasi adalah proses menyebarkanya bermacam-macam barang dan ilmu kepada masyarakat seluruh dunia. Keempat, gloalisasi adalah westernisasi atau modernisasi. Terakhir, globalisasi di pandang sebagai deteritorialisasi atau superteritorialisasi.[1]

Jika ditelusuri lebih jauh, globalisasi hadir pada awalnya akibat dari perkembangan teknologi informasi, yang akan mengintegrasikan seluruh sistem. Sedangkan kita tahu bahwa perkembangan teknologi adalah hasil dari berkembangnya pengetahuan. Tak bisa dipungkiri wacana globalisasi membawa nilai tertentu dan kita tahu bahwa globalisasi sejalan dengn kapitalisme global. Kemunculan wacana globalisasi tak semata-mata hanya sekadar meluasnya interaksi setiap negara akan tetapi globalisasi muncul bersama dengan neoliberalisme.

Agenda dan wacana globaliasi justru memunculkan pertanyaan yang perlu di jawab. Pertama, Apakah globalisasi menguntungkan dan sebagai satu-satunya jalan menuju kesejahteraan dunia?. Kedua, jika globalisasi menguntungkan, siapakah yang di untungkan?. Ketiga, Bagaimana analisa politik dari globaliasasi dan siapakah aktor-aktor yang berperan? Terakhir, Bagaimana globalisasi mempengaruhi Indonesia?. Pada tulisan ini, penulis menggunakan prespektif strukturalis untuk menjelaskan globalisasi dan menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu penulis menitik beratkan pada pembahasan politik di balik wacana globalisasi karena selama ini kajian yang berkembang kebanyakan lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi.

Prespektif Strukturalis

Prespektif strukturalis tidak melihat individu sebagai suatu aktor yang mempengaruhi. Justru perilaku individu dipengaruhi oleh keberadaan struktur atau fenomena tertentu. Individu dan masyarakat hanya lah bagian dari struktur. Diluar itu masih terdapat struktur yang mempengaruhi individu maupun masyarakat. Fenomena sosial hanya dapat di mengerti dengan menganalisis keterkaitanya dengan struktur lain.[2] Strukturalisme pada mula muncul sebagai sebuah gerakan yang berasal dari karya filusuf linguistik Ferdinand De Saussre. Saussre memandang bahwa bahasa dipahami sebagai sebuah sistem: dengan kata lain, hubungan antarkata itu terstruktur. Pandangan Saussre ini mulai di adopsi oleh peneliti dan penulis dibidang lain, salah satunya adalah ilmu politik. Ilmuan politik yang paling berpengaruh dalam gerakan strukturalis salah satunya adalah Karl Marx.[3]

Dalam prespektif strukturalis, realistas sosial diatur oleh interaksi kompleks antara struktur ekonomi, politik dan ideologi yang mempunya pengaruh dan otonomi satu sama lain.[4] Menurut Althusser individu betindak sesuai dengan struktur yang tidak bisa mereka lihat dan mereka tidak sadar. Oleh karena itu dalam membahas globalisasi kita tidak bisa melepaskan struktur yang bekerja dibalik wacana dan agenda globalisasi. Menganalisis menggunakan prespektif strukturalis adalah menjelaskan fenomena atau realitas sosial dengan meneliti perkembangan dan interaksi struktur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline