Lihat ke Halaman Asli

Miftahul Abrori

Menjadi petani di sawah kalimat

Kaset Dangdut Lawas dan Hiburan Murah Tahun 90-an di Kampung

Diperbarui: 2 Februari 2020   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pustaka Adi Shop

Perkembangan zaman bisa dilihat dari alat yang dipakai pada masanya. Begitu pula perkembangan media musik bisa menjadi ukuran bahwa betapa zaman sudah berubah.

Jika dulu, orang mendengarkan rekaman musik melalui piringan hitam, berkembang lewat media kaset dan tape, CD, dan DVD. Lalu di era digital ini kita "cukup" mendengarkan musik lewat MP3 atau streaming via aplikasi, dan menonton YouTube.

Menengok cover-cover kaset lawas meski versi digital membuat saya terhanyut pada kenangan masa kecil di kampung.

Ilustrasi: sampulkasetdangdut.blogspot.com

Sewaktu kecil saya mendengar musik dangdut dari kaset yang diputar di acara pernikahan. Lumrah di desa saya tahun 90-an, orang yang punya hajat nanggap hiburan sederhana berupa alat pengeras suara/ speaker dan diputar keras-keras dengan alunan musik dangdut.

Lagu dangdut bergema di udara, penanda tuan rumah menggelar acara: syukuran khitan atau pernikahan. 

Zaman berlalu, persewaan speaker kalah dengan perkembangan zaman sejak era persewaan sound system. Saya juga mengingat semasa SMP, akhir 90-an, hiburan murah mulai tergeser dengan persewaan video ala bioskop murah. 

Tetangga yang punya hajat menghadirkan hiburan yang bisa dinikmati secara audio-visual oleh segala umur. Kaset atau DVD yang diputar beragam, mulai lagu dangdut, pop lawas, ketoprak, dan film laga.

Foto: sampulkasetdangdut.blogspot.com

Di televisi juga diputar lagu-lagu dangdut. Saya terkenang dengan penyanyi dangdut yang lagu-lagunya saya dengarkan sewaktu kecil: Rhoma Irama, A. Rafiq, Yus Yunus, Meggi Z., Mansyur S., Ona Sutra, dan Caca Handika.

Di deretan pentanyi wanita ada Elvy Sukaesih, Iis Dahlia, Evi Tamala, Camelia Malik, Rita Sugiarto, Vety Vera, Lilis Karlina, dan Ine Cyntia.

Foto: sampulkasetdangdut.blogspot.com

Dangdut masih jadi andalan hiburan di kampung. Jika dulu tahun 90-an berwujud hiburan murah-meriah, kini dangdut berwujud hiburan yang menguras kantong. Dangdut dinikmati secara live, menghadirkan orkes musik dan biduan.

Saya tidak malu dengan steorotipe: pendengar lagu dangdut adalah kampungan. Ya, selera musik masih dianggap mencerminkan kelas sosial. Padahal, asal tahu saja dangdut adalah jenis musik fleksibel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline