Lihat ke Halaman Asli

Miftahul Abrori

Menjadi petani di sawah kalimat

Kisah Haru Pengidap Kanker yang Tak Lulus Ujian Nasional

Diperbarui: 21 Desember 2019   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Astria (berdiri no.5 dari kiri) bersama teman sekolahnya. Meski mengidap kanker ia tetap semangat bersekolah hingga akhir hayat. Dok. SMA Al-Muayyad

"Jangan kasihani aku. Jangan menangis di hadapanku. Nanti membuat aku sedih, nelangsa. Anggaplah aku orang normal seperti yang lain."

SOLO - Kisah inspiratif dan mengharukan dituliskan Faridah Budiastuti, guru Biologi di SMA Al-Muayyad Solo. Faridah mengenang Astria melalui unggahan foto dan tulisan di media sosial Facebook, 19 Desember 2019.

Astria adalah murid yang tetap semangat belajar hingga akhir hayat meski mengidap penyakit kanker. Astria berasal dari Salatiga, Jawa Tengah. Ia santri di Pesantren Al-Muayyad Solo sekaligus murid di SMP Al-Muayyad (2000 - 2003) dan SMA Al-Muayyad (2003 - 2006).

Faridah menyatakan Astria sama seperti murid pada umumnya. Ia dikenal sebagai anak yang ramah dan ceria. Namun, menginjak akhir kelas 2 tahun 2005, keceriaan wajah Astria perlahan memudar akibat penyakit yang tergolong mematikan. Diagnosis dokter menyatakan Astria mengidap kanker.

Astria tak sekuat dan trengginas seperti dulu. Ia mudah capek dan lemah. Fisiknya mengalami perubahan drastis, ia terlihat sangat kurus dan rapuh.

Dari hari ke hari kondisi fisiknya berubah akibat kanker yang diderita. Kulit tubuh yang kuning langsat berubah menghitam, tak terkecuali wajahnya.

Meski menurut pandangan umum kondisi Astria sangat memprihatinkan, ia tak mau dikasihani. Ia tetap semangat menjalani hidup, meski ia sadar itu tak akan lama lagi.

Langkah kakinya terseok-seok, tubuh mungilnya kian hari kian ringkih. Namun itu tidak mematahkan semangatnya menuntut ilmu. Ia tak menyerah meski kadang ambruk, jalan sempoyongan dalam perjalanan ke sekolah. 

Tak jarang ia hanya tertunduk lesu di pojokan tangga lantai satu karena kehabisan tenaga. Ia berusaha mengatur napas, mengumpulkan tenaga sebelum menaiki tangga. Perlu kekuatan lebih bagi Astria mencapai ruang kelasnya di lantai 3.

Astria sering dibantu teman-temannya menuju kelas. Salah satu teman sekolah Erma Nailan Bilbina mengisahkan Astria menjadi penyemangatnya. 

Saat yang lain bermalas-malasan, Astria dengan kondisi yang menyedihkan masih semangat bersekolah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline